Dari selebaran yang dibagi-bagikan kepada publik yang kebetulan berada di sekitar area protes, disebutkan bahwa aksi tersebut dilakukan untuk memprotes oknum Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (DLLAJ) yang memanipulasi izin Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Izin yang benar adalah untuk bus sedang, tapi diubah menjadi untuk bus besar.
Kebijakan itu sangat memukul pemilik dan pengemudi Metromini S 69, yang selama ini sudah tersendat-sendat pengoperasiannya. Menurut mereka, dengan adanya trayek baru bus Kowanbisata jurusan Ciledug-Pulo Gadung, mereka akan mengalami kerugian yang besar dan kemungkinan bisa gulung tikar.
Setengah mengamcam dalam selebarannya mereka juga menyebutkan, bahwa kebjakan DLLAJ itu dapat memperburuk pelayanan mereka yang selama ini sudah dianggap buruk. Pengemudi akan ugal-ugalan untuk mengejar setoran dan akibatnya keselamatan penumpang dinomor duakan.
Sopir-sopir bus beserta kernet terlihat duduk disepanjang jalan ataupun berada didalam busnya membersihkan sampah-sampah yang tececer disana. Mereka menolak berkomentar karena menurutnya saat ini tengah terjadi koordinasi antar mereka. Kalau dikumpulkan semua jumlah Metromini S 69 ada sekitar 100 buah lebih, kata salah seorang supir yang mengenakan kaus putih dan celana panjang berwarna krem serta handuk putih melingkar dilehernya.
Hingga kini aksi ini masih berlangsung dengan cara menyetop setip bus 69 yang melewati jalan Kebayoran Baru ini. Para supir yang tergabung dalam aksi ini mengaku belum diberitahu sebelumnya. Ya distop disini (oleh pihak pengelola) jadi kami berhenti, kata salah seorang sopir yang tidak mau disebutkan namanya. Ada kemungkinan protes ini akan berlangsung sepanjang hari ini.
anastasya andriarti/dhian n.utami-Tempo News Room