Warga Bantaran Ciliwung Tolak Relokasi Jika Terlalu Jauh
Rabu, 24 Februari 2010 14:44 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Rencana Pemerintah Daerah DKI Jakarta untuk memindahkan warga dari bantaran Sungai Ciliwung kemungkinan besar akan terkendala. Sebagian besar warga menolak dipindahkan jika lokasi pemindahan terlalu jauh.
Sebelumnya Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan alternatif lokasi yang akan ditawarkan pada warga adalah Kebon Baru dan Pangadegan Jakarta Selatan.
Edi Patinama, Koordinator Pengungsi dibekas Bioskop Nusantara Jakarta Timur mengatakan, sebagian warga mengaku keberatan jika pindahnya terlalu jauh. "Saya sempat ngobrol-ngobrol dengan warga bantaran, mereka mengaku keberatan jika tempatnya jauh," ujarnya kepada Tempo, Rabu (24/2).
Sebab, 70 persen warga bantaran menggantungkan hidupnya pada Pasar Jatinegara yang lokasinya berdekatan dengan bantaran.
"Kalau mereka pindah jauh pegangan hidupnya akan hilang, atau paling tidak penghasilannya hanya habis buat transportasi," kata Edi.
Selain itu, pemindahan juga dikhawatirkan akan menghilangkan kebersamaan warga selama ini. Warga mengusulkan agar pemindahan dilakukan berdasarkan ketetanggaan sehingga kebersamaan bisa tetap terjaga.
Selain lokasi, kata Edi, warga juga berharap relokasi tidak akan merugikan mereka secara finansial. Sebab bagaimanapun juga rumah-rumah yang telah ditempati warga selama ini ada nilainya. "Baik yang sewa maupun yang membuat sendiri. Makanya warga berharap ada ganti untung yang pantas," ujar lelaki yang telah dipercaya menjadi koordinator pengungsi sejak 2002 ini.
Pembicaraan tentang masalah ini, sambung Edi, banyak dia dengar dari warga di RW 3/RT 4 dan RW 2/RT 4 Kelurahan Kampung Melayu. Menurutnya, warga paham jika relokasi memang harus dilakukan. Warga telah mendapatkan pemberitahuan resmi bahwa mereka akan direlokasi pada sekitar 2011-2012.
Mereka juga sadar bahwa tempat yang saat ini mereka tempati adalah tanah milik negara. "Warga memang hanya mengantongi izin menggunakan tanah negara saja, tidak ada yang punya sertifikat ataupun girik," ujar Ketua Forum Masyarakat Peduli Lingkungan ini.
Titis Setianingtyas