Korban Priok Mengadu ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
Selasa, 20 April 2010 13:01 WIB
Keluarga korban itu adalah Sulis, ayah dari Bayu Listianto, 14 tahun--yang hingga kini masih terbaring di ruang gawat darurat Rumah Sakit Koja. Kemudian, Sudarno, ayah dari Arman Gaidar Samara, 14 tahun dan Edi Supriatno, ayah dari Ade Supriyanto, 16 tahun.
Sulis bercerita, saat tragedi berdarah itu, anaknya Bayu, sedang buang air di kamar mandi di sekitar makam Mbah Priok. "Tiba2 ditembaki gas air mata oleh aparat," ujarnya. Akibatnya, Bayu tidak berdaya dan sulit bernafas.
Selanjutnya, ketika Bayu keluar dari kamar mandi, aparat Satpol PP malah memukuli dan menyeretnya. Sehingga Bayu mengalami luka pada bagian belakang dengan kondisi kulit terkelupas dan mengalami tiga luka sobek pada kepala bagian belakang.
Korban kedua yang mengadu-- Arman, dijelaskan ayahnya, Sudarno--anaknya itu sedang mengikuti latihan marawis pada malam kejadian. Sama seperti Bayu, Arman ditarik dari kamar mandi dan diseret, dipukuli dan dilempar ke dalam truk oleh aparat Satpol PP. Akibatnya, Arman, mengalami luka lebam dan pendarahan otak.
Korban terakhir, Ade, saat kejadian baru saja pulang sekolah dalam perjalanan pulang ke rumah. "Ketika itu anak saya diinjak-injak pada bagian belakang tubuhnya oleh satpol PP--ada luka memar bekas injakan aparat Satpol PP," ujar Edi, ayahnya.
Sebagai pendamping korban, adalah Zakariani Santoso, Ketua Umum LSM Cerdas Bangsa, Hamdani, Pembina Aliansi Rakyat Bersatu, David Aruan, SH, Ketua LBH Cerdas Bangsa dan Bayu Agung Nugroho, Pjs Sekretaris LBH Cerdas Bangsa.
Sebagai tindak lanjut, Komnas akan melakukan monitoring di tempat kejadian--makam Mbah Priok, dan tiga rumah sakit. Yaitu RS Koja, RS Tarakan dam RSCM. "Kami berangkat pukul 13.00 WIB, " ujar Nurcholis, Wakil Ketua Komnas HAM.
HERU TRIYONO