Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dari bulan Agustus 2010 penderita gizi buruk sebanyak 2.199 balita. Kemudian meningkat sebanyak 2.396 balita sejak Agustus 2010 hingga saat ini. “Faktor utama balita terserang gizi buruk karena kebutuhan hidup tidak tercukupi sehingga menyulitkan mereka memenuhi kebutuhan gizi yang cukup bagi balita,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, dr Naniek Isnaini, hari ini.
Selain itu, ia menambahkan, usia perkawinan yang masih muda menjadi salah satu alasan utama ayah dan ibu dari balita kurang memperhatikan kondisi si bayi.
Untuk meminimalisasi balita penderita gizi buruk, kata Naniek, Dinas Kesehatan tahun ini menyiapkan Rp 3,5 miliar. Anggaran itu lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 4 miliar untuk memenuhi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita yang mengalami gizi buruk.
Kinerja 42 puskesmas dengan 2.131 Posyandu yang beroperasi di Kabupaten Tangerang juga dioptimalkan. Serta menyiapkan pos gizi untuk memberikan penyuluhan kepada orang tua balita setiap minggu.
Jumlah bayi bergizi buruk di Tangerang Selatan juga cukup tinggi. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Dadang M Epid mengatakan, tahun lalu dari hasil bulan penimbangan balita (BPB) balita penderita gizi buruk di Tangerang Selatan sekitar 271 orang, gizi kurang 4.468, gizi baik 96.402, gizi lebih 1.985.
Menurut Dadang, balita penderita gizi buruk tersebar di tujuh kecamatan di Tangerang Selatan. Kecamatan Pamulang dan Pondok Aren merupakan daerah yang paling mendominasi jumlah balita penderita gizi buruk. ”Balita yang terserang gizi buruk disebabkan kesibukan orang tua, khususnya ibu balita saat bekerja yang tidak memperhatikan kebutuhan gizi bagi balita, dan penyakit penyerta (oportunis),” kata Dadang.
JONIANSYAH