Awas Bahaya John Wayne Syndrome Mengintai Polisi!  

Reporter

Editor

Kamis, 22 Desember 2011 10:02 WIB

TEMPO/ Machfoed Gembong

TEMPO.CO, Jakarta - Buang-buang pelor oleh mantan Kepala Kepolisian Metro Jaya Komisaris Jenderal (Purn.) Sofjan Jacoeb bisa jadi karena efek John Wayne Syndrome (JWS). Analisis itu yang diungkap pakar psikologi forensik Universitas Bina Nusantara Reza Indragiri Amriel. "JWS adalah dampak profesi polisi yang sangat sering menyerang sisi insani personelnya," kata Reza dalam percakapannya dengan Tempo, Rabu, 21 Desember 2011.

John Wayne Syndrome adalah pola pikir pemilik baru sebuah senjata, di mana mereka dengan mengokang senjata di jalanan merasa paling kasar, paling kuat, dan paling jahat. "Senjata adalah simbol maskulinitas," tutur Reza. Dengan memegang senjata, bagi polisi, berarti menjadi mahakuasa.

Sebenarnya, sebelum memegang senjata semua polisi harus menjalani pemeriksaan psikologis. Hanya yang lulus tes yang boleh memegang senjata. Pemeriksaan psikologis, dia melanjutkan, sesuai aturan dijalankan berkala. "Tapi saya ragukan keseriusan dalam penyelenggaran tes tersebut, termasuk pemeriksaan berkalanya," ujar Reza.

Polisi yang terserang JWS, kata Reza, biasanya mengembangkan cara-cara negatif saat harus mengatasi keletihan psikologis. "Salah satu bentuknya adalah brutalitas," ucap dia. Jika memang mantan Kapolda tersebut benar-benar terbukti mengumbar tembakan, mungkin saja itu karena jejak JWS. "Mungkin saja jejak JWS yang mengendap dan sekarang meletup kembali," ucap dia.

Nah kini, Reza melanjutkan, tinggal menanti tindakan kepolisian mengusut kasus ini. "Saya tidak begitu yakin karena di kepolisian juga ada the blue curtain," tutur dia. Artinya jika ada jiwa korsa yang menyimpang, cenderung menutup-nutupi kesalahan koleganya.

Kasus umbar tembakan dan penodongan senjata tajam mantan Kapolda Metro Jaya terjadi pada 8 Agustus 2011 lalu. Pelapornya adalah Sugeng Joko Sabiran, petugas keamanan di Taman Resor Mediterania. Karena laporan tak kunjung ditindaklanjuti, Sugeng kemudian bercerita kepada pewarta tentang kasus ini.

DIANING SARI

Berita terkait

Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024

18 hari lalu

Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024

Komnas HAM mendesak pengusutan kasus-kasus kekerasan yang terjadi di Papua secara transparan oleh aparat penegak hukum

Baca Selengkapnya

Prajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat

34 hari lalu

Prajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat

Kapuspen TNI menyebut jumlah anggota TNI ribuan, sedangkan yang melakukan penyiksaan hanya sedikit.

Baca Selengkapnya

Amnesty International: Penganiayaan di Papua Berulang karena Pelaku Tak Pernah Dihukum

40 hari lalu

Amnesty International: Penganiayaan di Papua Berulang karena Pelaku Tak Pernah Dihukum

Amnesty Internasional mendesak dibentuknya tim gabungan pencari fakta untuk mengusut kejadian ini secara transparan, imparsial, dan menyeluruh.

Baca Selengkapnya

KontraS Minta Panglima TNI Segera Bahas Reformasi Peradilan Militer

6 Oktober 2021

KontraS Minta Panglima TNI Segera Bahas Reformasi Peradilan Militer

Hasil pemantauan KontraS selama Oktober-2021-September 2021 menunjukkan reformasi peradilan militer jalan di tempat.

Baca Selengkapnya

Serial Netflix Populer Ungkap Pelecehan yang Terjadi di Militer Korea Selatan

16 September 2021

Serial Netflix Populer Ungkap Pelecehan yang Terjadi di Militer Korea Selatan

Serial Netflix Deserter Pursuit memicu perdebatan tentang militer Korea Selatan karena menceritakan pelecehan dan kekerasan selama wajib militer.

Baca Selengkapnya

2 Anggota Lakukan Kekerasan ke Warga Papua, TNI AU Minta Maaf

27 Juli 2021

2 Anggota Lakukan Kekerasan ke Warga Papua, TNI AU Minta Maaf

TNI AU menyatakan penyesalan dan meminta maaf atas insiden dua anggotanya yang melakukan kekerasan terhadap seorang warga Papua di Merauke.

Baca Selengkapnya

Jokowi Diminta Investigasi Kasus Kekerasan di Paniai Papua

5 Juli 2018

Jokowi Diminta Investigasi Kasus Kekerasan di Paniai Papua

Amnesti Internasional Indonesia meminta Jokowi membentuk tim investigasi guna mengungkap kasus kekerasan yang terjadi di Paniai, Papua.

Baca Selengkapnya

Berdamai, Dokter Militer dan Petugas Bandara Bersepakat Ini

8 Juli 2017

Berdamai, Dokter Militer dan Petugas Bandara Bersepakat Ini

Keduanya menyepakati bentuk pertanggungjawaban Guyum setelah menampar adalah meminta maaf secara tertulis kepada Fery, institusi, dan PT Angkasa Pura.

Baca Selengkapnya

Tampar Petugas Avsec Bandara, Dokter Militer Mengaku Refleks

8 Juli 2017

Tampar Petugas Avsec Bandara, Dokter Militer Mengaku Refleks

Jumat malam, polisi melepas Guyum setelah menandatangani kesepakatan damai dan bersalaman dengan Fery.

Baca Selengkapnya

Berdamai, Polisi Melepas Dokter Militer Penampar Petugas Bandara  

8 Juli 2017

Berdamai, Polisi Melepas Dokter Militer Penampar Petugas Bandara  

Guyun mengaku salah dan meminta maaf atas penamparan yang dilakukannya. "Proses damai berjalan lancar tanpa ada intervensi pihak manapun."

Baca Selengkapnya