Warga membagikan roti kepada korban banjir yang bertahan di rumah mereka di Kampung Pulo, Jakarta, Kamis (10/1). TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta -- Ketinggian genangan banjir mencapai 2 meter, tapi warga Kampung Pulo tak gentar. Banyak yang memaksa mereka untuk tetap tinggal di wilayah yang terletak di Kelurahan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, tersebut.
"Kami sudah biasa kena kayak gini," ujar Nurdin, 54 tahun, warga Kampung Pulo. Ia memilih tak mengungsi karena banjir yang telah merendam lantai satu rumahnya belum dianggap membahayakan jiwa. "Dulu saya lupa, pernah lebih tinggi dari ini, 3 meter mungkin, waktu itu mau enggak mau ngungsi." Nurdin menjadikan hal itu sebagai patokan tanda bahaya banjir kiriman aliran Sungai Ciliwung.
Pada Rabu sore, 9 Januari 2013, status Bendungan Katulampa naik menjadi siaga III dengan ketinggian 140 sentimeter. Ini merupakan rekor ketinggian air dalam dua tahun terakhir. Banjir kiriman sampai di Jakarta pada Kamis dinihari, 10 Januari 2013.
Lurah Kampung Melayu Bambang Pangestu mengatakan banjir kiriman sempat surut. Namun, menjelang subuh, banjir yang lebih besar datang menerjang. Akibatnya, 395 warga terpaksa diungsikan.
Para pengungsi itu kini tinggal di Masjid At-Tawabin, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, dan Rumah Sakit Hermina. "115 jiwa di masjid, 260 jiwa di Sudinkes, dan 20 jiwa di RS Hermina," ujarnya.
Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta
2 Maret 2024
Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta
Wakil Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA), Azas Tigor Nainggolan menyampaikan, banyaknya titik genangan air di Jakarta terjadi karena kondisi daratan yang berada dibawah permukaan air laut.