Banjir di kawasan pluit, Jakarta Utara, Senin (21/1). TEMPO/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Bau busuk menyengat sepekan setelah menyusutnya banjir yang menggenangi kawasan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara. "Kendala utama yang kami hadapi, ya bau busuk itu," ujar Akiong, salah satu tokoh warga Pluit, Rabu, 30 Januari 2013.
Bau busuk yang menyengat berasal dari sampah adalah akibat banjir di beberapa titik. Sampah pun menggenangi pemukiman warga. Untuk menghilangkau bau busuk tadi, warga terpaksa menggunakan cairan karbol. "Kalau tidak pakai, kami tidak tahan bau busuknya," ujarnya.
Bukan hanya itu, Akiong meminta petugas kebersihan yang diterjunkan Pemerintah Jakarta Utara bisa mencampurkan larutan karbol dalam setiap tangki air. "Nanti semprotkan ke beberapa lokasi yang menjadi sumber bau busuk," ujarnya.
Suku Dinas (Sudin) Kebersihan Jakarta Utara menyatakan rata-rata sampah yang berhasil diangkut setelah banjir di Jakarta Utara naik sekitar 20-30 persen dibanding hari biasanya. "Sejak 17 hingga 27 Januari 2013 lalu, sebanyak 400 meter kubik per hari," ujar Kepala Suku Dinas Kebersihan Jakarta Utara Zaenal Syarifudin.
Kenaikan volume ini lantaran sampah dari pemukiman yang terendam banjir seperti kasur, kursi dan peralatan rumah tangga lainnya. Selain itu, sampah sisa banjir seperti plastik, batang pohon di beberapa titik pintu air ikut menambah kubikasi sampah yang diangkut petugas. "Kami usahakan hingga awal bulan depan seluruh sampah banjir selesai diangkut," kata Zaenal.
Sebanyak 19 kontainer dari Dinas Kebersihan DKI dan beberapa kendaraan dump truk berukuran sedang diterjunkan ke seluruh lokasi banjir. Seluruh sampah banjir yang berhasil diangkut, selanjutnya dibuang ke TPA Bantar Gebang, Bekasi. Hingga kini puluhan kendaraan operasional sampah masih melakukan pengangkutan sampah.
Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta
2 Maret 2024
Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta
Wakil Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA), Azas Tigor Nainggolan menyampaikan, banyaknya titik genangan air di Jakarta terjadi karena kondisi daratan yang berada dibawah permukaan air laut.