Siswi SMA Mengaku Dilecehkan Wakil Kepala Sekolah
Kamis, 28 Februari 2013 21:17 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - MA, 17 tahun, seorang siswi di sebuah SMA di daerah Utan Kayu, Jakarta Timur, mengaku disuruh melakukan oral seks oleh Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, T, 46 tahun. Perbuatan bejat T terhadap MA untuk melakukan oral seks, sudah dilakukan sebanyak 4 kali.
MA menceritakan, pertama kalinya MA disuruh melakukan oral seks terhadap T, pada 26 Juni 2012. Saat itu, sekolah MA usai mengadakan kegiatan di Bali. "Waktu itu pulang dari Bali, karena kami akan mengadakan acara di Sukabumi, dia (T) menelpon saya untuk ketemuan jam tiga sore. Tapi dia minta kalau bisa jangan janjian di sekolah," kata MA saat ditemui di rumahnya di daerah Matraman, Jakarta Timur, Kamis 28 Februari 2013.
Karena ingin membicarakan mengenai kegiatan sekolah di Sukabumi, tanpa curiga MA mengiyakan ajakan T untuk bertemu. "Akhirnya saya janjian di depan BCA Utan Kayu. Saat tiba, saya masuk ke mobil T dan T langsung mencium tangan saya, tapi langsung saya giniin (tarik), katanya minyak wangi kamu wangi banget," ujarnya.
Di dalam mobil, kata MA, ia diajak T mengisi bensin di Cempaka Putih. Kemudian T membawanya makan di Ancol. "Sampai di Ancol saya diajak makan pizza, terus dibawa muter-muter sampai akhirnya parkir ditempat yang sepi. Waktu itu sekitar jam tujuh malem, di situ saya disuruh begitu," kata M sambil menceritakan bagaimana T memaksa dia melakukan oral seks.
Usai melakukan itu, T mengacam MA agar tidak memberitahukan perbuatannya. "Dia bilang, Neng jangan bilang siapa-siapa. Kalau bilang-bilang, ijazah dan nilai saya akan ditahan," ujar siswi kelas XII ini.
Perbuatan itu ternyata kembali dilakukan T terhadap MA di dalam mobil pada awal Juli 2012. Kali ini, saat pembagian raport sekolah, MA kembali diajak T dengan alasan yang sama yakni untuk membicarakan kegiatan sekolah. "Saya dibawa ke Sentul, dikasih makan bakmi kelinci, terus diajak latihan mengemudi mobil tapi saya enggak mau. Saya diajak keliling sentul ke mal, tapi enggak jadi ke mal karena pakai baju batik, akhirnya ke mobil lagi dan dia memarkirkan mobilnya ditempat sepi. Di dalem mobil saya digituin lagi."
Beberapa hari berikutnya, masih di bulan Juli, T kembali mengajak MA ke Ancol untuk melakukan tindakan yang sama. Merasa takut dan diancam, MA kembali menuruti kemauan T. "Saya turutin karena dia selalu mengancam ijazah saya akan ditahan. Kan sebentar lagi saya lulus, saya takut kalau ijazah dan nilai ditahan," ujarnya sambil menangis.
Merasa bingung dan takut, MA akhirnya menceritakan kejadian ini kepada seorang guru yang telah dianggap sebagai ayah. Guru berinisial Y yang membimbingnya untuk melaporkan perilaku Wakil Kepala Sekolah kepada yang berwajib.
"Saya bingung karena sudah tidak ada ayah, cuma guru itu yang ngelindungi saya dan nganggep saya anak. Kemudian guru itu nyuruh saya melaporkan kepada guru BK (Bimbingan Konseling) dan saya buat laporan pada bulan Desember."
Sampai saat ini, belum ada tindak lanjut apapun dari laporan MA. T sendiri masih bertugas sebagai Wakil Kepala Sekolah. Dia selalu menuding laporan T sebagai fitnah.
AFRILIA SURYANIS
Berita Metro Terpopuler:
Usai Balon Meledak, Jokowi dan 5 Menteri Pergi
Ratusan Balon Meledak di Indosiar, 6 Orang Luka
Korban Balon Meledak Jadi 21 Orang
Perampok Ancam Pakai Airsoft Gun Tewas Dikeroyok
Demo Buruh, Jalan Thamrin dan Sudirman Macet