TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Ketua Pemuda Pancasila Yorrys Raweyai menampik citra buruk yang kadang disematkan publik dengan mengaitkan organisasi kepemudaan yang telah berusia lebih dari 50 tahun ini dengan dunia premanisme atau kekerasan. "Jangan salah, banyak tokoh yang "jadi" dari Pemuda Pancasila," kata dia kepada Tempo, Jumat, 15 Maret 2013.
Menurut Yorrys, banyak alumni PP menjadi "orang besar", seperti tokoh nasional, politikus, pengusaha, atau profesi lainnya. Contohnya, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, anggota hakim Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar, politikus dari Partai Demokrat Ruhut Sitompul, dan masih banyak lagi. "Di DPR saja, dari 560 anggota, ada sekitar 30 orang mantan pengurus PP," ujarnya.
Yorrys mengatakan, suksesnya banyak tokoh-tokoh PP menjadi orang besar ini karena kaderisasi organisasinya yang mumpuni. Setiap kader dibebaskan untuk berproses dan menekuni pilihan sesuai keinginan mereka. "Mau ke mana silakan, mau profesi, politik, terserah," ujar politikus Partai Golkar dari Papua ini.
Perubahan memang terjadi di tubuh Pemuda Pancasila. Terutama pasca-reformasi, terjadi perubahan yang cukup berarti. "Di zaman saya mulai berubah, yang dulunya adu otot sekarang jadi adu otak," kata dia.
Pemuda Pancasila mulai merekrut kader-kader muda intelektual dengan mengumpulkan mereka dalam satuan pelajar dan mahasiswa (satma). "Saat ini sedang berproses sehingga publik akan melihat PP seperti apa nanti," kata dia.
Bantah Lakukan Aksi Premanisme terhadap PT CNI, Warga Wolo: Kami Minta Pertanggungjawaban Perusahaan
23 Juni 2023
Bantah Lakukan Aksi Premanisme terhadap PT CNI, Warga Wolo: Kami Minta Pertanggungjawaban Perusahaan
Pemuda dan mahasiswa Wolo mengecam PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) yang menganggap aksi ratusan warga Desa Muara Lapao-pao, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, sebagai aksi premanisme.