Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahok melambaikan tangan usai meninjau tes uji kompetensi seleksi dan promosi jabatan lurah dan camat DKI di SMA 1, Jakarta, (27/4). TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Jurnalis dari empat negara di dunia mengunjungi Balai Kota DKI Jakarta pada Rabu, 18 September 2013. Mereka datang atas undangan Kementerian Luar Negeri Indonesia dalam program "Journalist Visit".
Di depan mereka, Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama mempromosikan demokrasi Indonesia. Dia menyebut masyarakat Jakarta dan Indonesia sudah matang berdemokrasi. Buktinya, rakyat tak mempermasalahkan keberagaman latar belakang suku dan agama para pemimpin.
Contohnya adalah dirinya sendiri. Basuki mengatakan dirinya yang merupakan keturunan Tionghoa dan bukan muslim, tapi malah bisa dua kali memenangi pemilihan kepala daerah. Ahok--begitu dia biasa disapa--lalu menceritakan pengalamannya menjadi bupati di kampung halamannya di Belitung Timur. Padahal 93 persen masyarakat di sana memeluk agama Islam.
"Mereka tidak masalah meskipun saya bukanlah kaum mayoritas, ini bentuk toleransi yang sangat tinggi, bahkan mungkin lebih baik daripada Amerika," kata Ahok.
Terpilihnya Gubernur Joko Widodo memimpin Jakarta, menurut dia, juga bentuk matangnya demokrasi di Jakarta. "Kami tidak punya banyak uang, bukan warga asli Jakarta, dan harus melawan calon inkumben, tetapi akhirnya bisa memenangi pemilihan gubernur," katanya.