Warga berdiri di depan rumahnya saat banjir terjangan pemukiman warga dikawasan Bukit Duri, Jakarta, (12/1). Hujan yang mengguyur Ibukota sejak pagi, mengakibatkan kawasan tersebut terendam banjir. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Jakarta - Matahari yang bersinar cerah pada hari ini tidak boleh membuat warga Jakarta lengah akan ancaman banjir. “Belum bisa dipastikan bahwa hujan yang menyebabkan banjir kemarin adalah puncak musim hujan,” kata Mulyono Prabowo, Kepala Bidang Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika saat dihubungi Tempo, Selasa, 14 Januari 2014.
Senin, 13 Januari 2014, hujan terus mengguyur dan melumpuhkan Jakarta. Sejumlah permukiman dan ruas jalan terendam air. Hal itu diperparah dengan terus datangnya air dari hulu Kali Ciliwung.
Menurut Mulyono, hujan tersebut ibarat pembuka pintu puncak periode musim hujan. "BMKG memprediksi puncak musim hujan akan terjadi pada dua pekan akhir Januari hingga dua pekan awal Februari," katanya. Hujan dengan intensitas lebih rendah akan berlangsung hingga Maret.
Hal senada diungkapkan Kepala Laboratorium Meteorologi Terapan Institut Teknologi Bandung, Armi Susandi. Menurut dia, apa yang terjadi di Jakarta pada Senin lalu belum merupakan puncak musim hujan. “Itu hujan biasa saja, distribusinya juga belum merata,” ujarnya.
Dia mengatakan, puncak musim hujan ditandai dengan terjadinya hujan selama satu pekan berturut-turut. Durasi terjadinya hujan dalam satu hari bisa mencapai 2-3 jam dan distribusi curah hujannya merata. Hujan kemarin hanya turun di Bogor, bagian selatan sampai tengah Jakarta. "Kalau Jakarta Utara juga hujan, itu baru memasuki puncak musim hujan,” kata Armi.
Senada dengan BMKG, dia mengatakan puncak musim hujan di Jakarta akan terjadi akhir Januari hingga awal Februari. Karena itu, dia memperingatkan potensi ancaman banjir tetap ada. Bukan menakut-nakuti, “Masih ada potensi terjadinya banjir yang lebih besar dari kemarin,” ujar Armi.