Sebuah angkutan umum terendam banjir di jalan Otista, Jakarta, (22/1). Banjir kembali merendam jalan tersebut, akibat meluapnya Sungai Ciliwung. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat tata air dari Universitas Indonesia Firdaus Ali mengatakan dalam jangka pendek sodetan Cisadane cukup signifikan untuk menurunkan debit Ciliwung. Namun, dalam beberapa tahun ke depan, sodetan tersebut akan berkurang efektivitasnya.
Menurut Firdaus, dalam status Siaga 1, Bendung Katulampa bisa mengalirkan air dengan debit antara 300-450 meter kubik per detik. "Sodetan Cisadane yang akan dilakukan 200 meter kubik per detik. Kalau ini dilakukan, saya kira cukup signifikan menurunkan debit air ke Ciliwung," kata Firdaus saat dihubungi Tempo, Rabu, 22 Januari 2014.
Meski begitu, Firdaus mengingatkan bahwa debit Katulampa akan terus bertambah. Pada 2030 mendatang, diperkirakan dalam Siaga 1, debit Katulampa akan bertambah sekitar 50 persen atau 225 meter kubik per detik dibanding saat ini. Di sisi lain sodetan Cisadane diperkirakan baru rampung pada 2018. "Jadi, ini berpacu dengan waktu," kata dia.
Firdaus mengatakan, pada 2007 saat rencana sodetan Cisadane muncul, direncanakan debit Ciliwung yang bisa dialihkan ke Cisadane mencapai 600 meter kubik per detik. Namun, rencana saat itu ditolak. "Nah, semalam Tangerang kebanjiran. Itu belum ada sodetan yang 200 meter kubik per detik sehingga saya cukup bisa memaklumi keberatan Wali Kota dan Bupati Tangerang soal sodetan ini," kata Firdaus.
Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta
2 Maret 2024
Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta
Wakil Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA), Azas Tigor Nainggolan menyampaikan, banyaknya titik genangan air di Jakarta terjadi karena kondisi daratan yang berada dibawah permukaan air laut.