Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait saat berbincang dengan anak-anak di Panti Asuhan Samuel, Gading Serpong Sektor 6, Blok GC, Kabupaten Tangerang (24/2). TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
TEMPO.CO, Tangerang - Panti Asuhan Samuel sudah beroperasi sejak 14 tahun lalu dan sudah tiga kali berpindah tempat. Panti ini pindah karena selalu ditolak dan dikecam masyarakat sekitar lokasi. "Dari isu kristenisasi sampai eksploitasi menjadi alasan lingkungan menolak kami," ujar Samuel Watulingas, pemilik Panti Asuhan itu, Senin 24 Februari 2014.
Panti Asuhan yang dikelola langsung oleh Samuel dan istrinya, Yuni Winata, dimulai pada 2000 menempati sebuah Ruko di kawasan Great Western Serpong, Cipondoh, Kota Tangerang. Tiga tahun beroperasi di tempat itu, mereka pindah ke Cihuni, Pagedangan, Kabupaten Tangerang. (Baca: Polisi Temukan 2 Bayi Sakit di Panti Asuhan Samuel).
Akhir 2013, Samuel membangun rumah di Sektor 6 Gading Serpong. Pembangunan rumah tiga lantai di atas lahan 164 meter persegi itu baru selesai satu bulan yang lalu. "Rumah ini hasil dari uang saya sendiri dan para donatur," katanya.(Baca: Panti Asuhan Samuel Dilaporkan ke Polisi)
Untuk membangun Samuel Home itu, menurut Samuel, dia telah menghabiskan dana Rp 2 Miliar. Rumah yang menampung 32 anak yatim itu terdiri dari tiga lantai dengan empat kamar tidur. Setiap kamar tidur hanya dilengkapi ranjang susun tiga dan anak-anak di panti itu tidur beramai ramai. Tak ada ruang khusus bayi maupun kamar anak.
Warga sekitar mengaku tidak tahu persis kegiatan di dalam rumah panti asuhan itu. "Yang kami tahu banyak anak-anak saja," kata Yopi, 40 tahun tetangga Samuel.
Sepak terjang Samuel selama ini juga banyak diketahui warga. "Sisi negatifnya banyak dan sering kami dengar salah satunya soal eksploitasi anak," kata Yopi. Yopi mengaku mengetahui kegiatan Samuel sejak Panti Asuhan itu berada di Cihuni.