Keenam pelaku ditampilkan saat rilis pengungkapan kasus pengeroyokan yang mengakibatkan kematian Mia Nuaraini (16 tahun) di Polsek Cilandak, Jaksel (13/3). Petugas berhasil mengamankan barang bukti berupa sepeda motor dan gir yang digunakan untuk mengeroyok korban. ANTARA/Muhammad Adimaja
TEMPO.CO, Jakarta - Mia Nuraini, 16 tahun, yang tewas dalam pengeroyokan oleh mantan pacar dan kelompok si mantan, dikenal sangat dekat dengan ayahnya, Haris. Tidak jarang, sang ayah mengantar anak semata wayangnya itu menyambangi warung Internet di dekat rumah mereka di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan.
"Ia sering ke sini main sama bapaknya," ujar pemilik warnet di Gandaria, Kasyah, 40 tahun, Kamis, 13 Maret 2013,
Mia Nuraini memang kerap mampir di warnetnya hingga larut malam. Kadang ditemani ayahnya, tetapi seringnya sendiri. Tak jarang Mia berselancar sampai hampir larut malam dan pulang bersama rekan-rekan prianya. (Baca: Tragedi Ade Sara II?)
Mia adalah putri tunggal Haris. Menurut tetangga korban, Mia Nuraini dan ayahnya dikenal amat dekat. "Itu anak saya satu-satunya. Saya berharap pelaku dihukum seumur hidup atau mati," ujar Haris.
Ayah Mia Nuraini amat marah dengan tindakan pelaku yang semena-mena menghabisi nyawa putrinya. Ia menegaskan tak akan memaafkan para pelaku. "Enggak mungkin saya kasih maaf sama orang-orang yang mengeroyok anak saya," ujarnya.
Mia Nuraini, Soni, bersama kawannya yang lain, Surya Atmaja, pada Rabu dinihari lalu dikeroyok gerombolan anak bermotor. Delapan orang pelaku menggunakan empat motor memepet dua motor yang digunakan korban.
Tanpa basa-basi, pelaku langsung menyiksa korban dengan gir besi, stik golf, dan bilah kayu. Ketiganya terluka, Mia Nuraini menderita luka parah di kepala. Nyawanya tak terselamatkan ketika dirawat di RS Fatmawati.
Enam dari pelaku sudah berhasil ditangkap polisi. Dua lainnya buron, salah satunya A, diduga sebagai mantan pacar korban yang merencanakan pengeroyokan itu.