Pencemaran Teluk Jakarta Ancam Habibat Penyu

Reporter

Editor

Jumat, 25 Februari 2005 01:50 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Tumpahan minyak di Teluk Jakarta tidak hanya menjalar ke daerah lain. Pencemaran di sekitar Perairan Kepulauan Seribu telah mengakibatkan penurunan jumlah telor penyu."Data penelitian kami, sepuluh tahun terakhir (1993-2003) produksi telor penyu di pulau-pulau monitoring rata-rata mencapai 4.363 butir. Tetapi data 2004, menunjukkan penurunan drastis. Jumlah telur penyu menjadi 2.620 butir dan dalam kondisi yang tidak baik," kata Kepala Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu Sumarto kepada Tempo, Kamis (24/2).Jumlah telor yang menyusut tersebut, berdasarkan penelitian pihak Taman Nasional Kepulauan Seribu, 905 di antaranya dalam kondisi tidak berembrio. Sebanyak 110 butir berembrio tetapi mati, dan 4 butir menetas tetapi anakan penyu dalam kondisi cacat. "Kondisi ini bisa saya katakan ekosistem di Kepulauan Seribu sudah terpuruk," kata Sumarto. Menurut dia, parameter pengukuran dengan menggunakan penyu sisik (Eretmochelys imbricata) karena fauna langka ini sangat sensitif terhadap lingkungan sekitarnya. "Hidupnya 100 persen tergantung di laut. Mulai habitat pakan, habitat kawin, dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dari laut," paparnya. Fauna tersebut, Sumarto menambahkan, tidak mau bertelur jika ada orang datang atau ada lampu penerangan. Tempat tinggalnya harus sangat tenang. Penyu merupakan spesies yang langka dari 6 spesies penyu di Indonesia.Pulau yang dijadikan sebagai monitoring ekosistem penyu adalah Pulau Peteloran Timur. "Lokasinya sangat strategis, jauh dari pemukiman dan arus lalu lintas laut.Jadi sangat tenang bagi kehidupan penyu-penyu," ujarnya.Masih menurut Sumarto, ancaman penyu lainnya, yaitu terdapat banyak bulu babi yang menempel di terumbu karang. "Bulu babi ini bentuknya seperti duri. Kalau menempel di terumbu karang berarti habitat airnya sudah membahayakan penyu," jelas Sumarto. Penyebab pencemaran Teluk Jakarta masih diarahkan PT CNOOC dan aktivitas transportasi di perairan itu. "Kasus bulan Desember 2003 mengarah ke perusahaan itu. Kalau tidak salah, dari Kementerian Lingkungan Hidup sudah menemukan bukti-bukti. Pada Maret 2005 nanti perkaranya sudah masuk ke kejaksaan," ungkap Sumarto.Dia juga mengatakan, kasus pada Oktober 2004 pencemaran mengarah pada tanker-tanker kapal yang membawa minyak.Dari kasus ini tak kurang dari 2.000 tanaman bakau yang baru bersemi mati. Sumarto berharap ada perhatian dari pemerintah pusat.Koran Tempo edisi Kamis (24/2) memberitakan, Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan, sampel yang diperiksa di pantai China National Offshore Oil Caorporation (CNOOC) ternyata memiliki kesamaan dengan pencemaran di Kepulauan Seribu. "Ada kesamaan bahan," ungkap Asisten Deputi Bidang Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup Sudarsono.Asep Yogi Junaedi-Tempo

Berita terkait

Profil Kota Ternate, Berdiri Sejak 27 April 1999 Sesuai UU Otonomi Daerah

6 hari lalu

Profil Kota Ternate, Berdiri Sejak 27 April 1999 Sesuai UU Otonomi Daerah

Hari ini, 27 April 1999, adalah berdirinya Kota Ternate berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.

Baca Selengkapnya

Istana Pastikan Jokowi Tak Hadiri Penyematan Satyalencana kepada Gibran hingga Bobby

8 hari lalu

Istana Pastikan Jokowi Tak Hadiri Penyematan Satyalencana kepada Gibran hingga Bobby

Istana Kepresidenan memastikan Presiden Joko Widodo atau Jokowi tidak akan hadir dalam Peringatan Hari Otonomi Daerah (Otoda) XXVIII

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

25 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

44 hari lalu

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

Gakkum KLHK menetapkan empat tersangka pencemaran lingkungan di Taman Nasional Karimunjawa. Kejahatan terkait limbah ilegal dari tambak udang.

Baca Selengkapnya

Anggota Baleg DPR Sebut Kawasan Aglomerasi Dukung Jakarta Tak 'Tenggelam', Apa Alasannya?

50 hari lalu

Anggota Baleg DPR Sebut Kawasan Aglomerasi Dukung Jakarta Tak 'Tenggelam', Apa Alasannya?

Mardani mengatakan kawasan aglomerasi yang diusulkan pemerintah dalam RUU DKJ jauh lebih lentur.

Baca Selengkapnya

Tugas dan Wewenang Komeng Jika jadi Anggota DPD

16 Februari 2024

Tugas dan Wewenang Komeng Jika jadi Anggota DPD

Perolehan suara Komeng melesat di pemilihan DPD. Apa saja tugas dan fungsinya jika terpilih?

Baca Selengkapnya

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

14 Januari 2024

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

Peningkatan aktivitas industri pertambangan menimbulkan risiko terjadinya pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

12 November 2023

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

Sampah pembalut dan popok dikenal kerap menjadi masalah. Sagu disebut-sebut bisa membuat dua benda itu ramah lingkungan

Baca Selengkapnya

Diduga Mencemari Lingkungan, PT GSA Dilaporkan ke Ombudsman

10 Oktober 2023

Diduga Mencemari Lingkungan, PT GSA Dilaporkan ke Ombudsman

Pabrik pengolahan jagung PT Global Solid Agrindo (PT GSA) dilaporkan warga ke Ombudsman karena diduga mencemari lingkungan.

Baca Selengkapnya

Besok Bersih Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Begini Respons Pandawara Group Setelah Viral

5 Oktober 2023

Besok Bersih Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Begini Respons Pandawara Group Setelah Viral

Pandawara Group mengunggah video terbaru yang berisi permohonan maaf hingga memberi klarifikasi terkait tujuan bersihkan Pantai Cibutun Loji Sukabumi

Baca Selengkapnya