Pekerja sedang mengelas pagar Monumen Nasional (Monas) yang hilang dikawasan Monas, Jakarta. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO , Jakarta:Kepala Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta Kukuh Hadi Santoso mengatakan ada lebih dari 20 titik di pagar sekeliling area Monas yang ditemukan jebol. Kondisi itu ditemukan dalam operasi penertiban yang dilakukan seribu petugas Satpol PP terhadap keberadaan para pedagang kaki lima di kawasan itu, Senin, 16 Juni 2014.
"Kami juga menyita ratusan gerobak," kata Kukuh.
Kukuh mengatakan, seribu petugas didatangkan dari lima wilayah Jakarta yang masing-masing menyumbang 200 personel. Operasi dijanjikannya terus menerus dengan jumlah personel yang disesuaikan. Mereka dibekali dengan taser gun atau senjata kejut listrik.
"Nantinya, para pedagang akan diseleksi untuk menempati kios di Lapangan IRTI yang mampu menampung 388 pedagang kaki lima binaan," katanya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Unit Pengelola Teknis Monumen Nasional Rini Haryani mengaku belum menerima laporan kerusakan pagar. "Kami masih berkoordinasi dengan UPT Taman Monas," kata Rini.
Namun dia mengakui mendapat cerita kalau para pekerja yang mendirikan pagar di sekeliling Monas di era Gubernur Sutiyoso lalu mendapat ancaman akan dibunuh oleh orang-orang yang tak menyetujui pemagaran itu. Sejak itu, dalam kurun 1997-2007, mereka mulai menjebol pagar Monas satu per satu sebagai jalan keluar-masuk para pedagang.
Rini, yang ditunjuk Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama merangkap sebagai Kepala UPT Taman Monas per Jumat, 13 Juni 2014, juga tengah memeriksa kemungkinan adanya kerusakan selain pagar. Penertiban pedagang kaki lima diakunya yang terberat.
Ia menyatakan bekerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja untuk membuat kawasan Monas steril. Pedagang kaki lima hanya akan diperbolehkan berjualan di Lapangan IRTI. Barang dagangan dari pedagang yang masih kedapatan berjualan di dalam kawasan Monas akan digudangkan dan tak bisa ditebus kembali.
