Ribuan warga mengantre pembagian daging qurban sejak dini hari di depan Masjid Istiqlal, Jakarta (16/10). Panitia Pengurus Masjid Istiqlal menyiapkan sekitar 6.000 kupon untuk ditukarkan dengan daging hewan kurban. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Jakarta - Tokoh Tanah Abang Ahmad Mathar Kamal mengatakan larangan menjual hewan kurban akan mematikan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Menurut dia, awal tumbuhnya kawasan ini adalah dari jual beli kambing. (Baca: Jual Beli Hewan Kurban Dilarang di Tenabang)
"Larangan ini sama saja menghilangkan identitas kawasan," katanya ketika dihubungi pada Ahad, 21 September 2014. Dia menceritakan awal mula munculnya pasar kambing di Tanah Abang adalah masuknya pendatang Arab. (Serba-serbi Kurban Baca di sini)
Kemudian, masyarakat lokal mulai menjual kambing untuk memenuhi kebutuhan para pendatang. Dari sanalah kegiatan ekonomi mulai tumbuh.
Bahkan, ujarnya, pada era 90-an Tanah Abang lebih dikenal sebagai pasar kambing dibanding pasar tekstil. "Ini kalau identitas dihilangkan bisa berpengaruh pada masyarakat," ujarnya.
Mathar mengatakan beberapa tokoh Betawi, termasuk Abraham Lunggana alias Lulung, akan melakukan aksi penolakan. "Sore ini kami bakal kumpul," ujarnya. Dia berharap pemerintah DKI Jakarta lebih cermat dalam membuat kebijakan.
Camat Tanah Abang Hidayatullah mengeluarkan larangan berjualan hewan kurban di kawasannya. Alasannya, mengganggu ketertiban umum. Sebagai gantinya, pihak Kecamatan menyediakan lokasi berjualan di Jalan Stenlis, Kebon Melati.