TEMPO.CO, Bekasi - Debit air di Kali Bekasi mengalami penurunan sejak sebulan terakhir. Bahkan, limpasan air yang dibuang ke laut sudah mencapai titik nol. "Sengaja dibendung dengan karung pasir karena untuk mencukupi kebutuhan air baku ke Jakarta dan Bekasi Utara," kata operator Bendungan Bekasi, Wildan, Kamis, 25 September 2014 (lihat: Kekeringan di Jabotabek Hingga Akhir Oktober)
Kebutuhan air untuk di Jakarta, kata Wildan, adalah sebanyak 21 meter kubik per detik. Kebutuhan itu disuplai dari aliran Tarum Barat atau Kali Malang melalui sipon sebanyak 8 meter kubik per detik. Sisanya 12, 976 meter kubik per detik disuplai dari Kali Bekasi yang diarahkan ke Jakarta. "Sejak 14 September lalu mulai dipasang karung agar air tidak terbuang ke laut," kata Wildan.
Debit air Kali Bekasi saat ini hanya 11 meter kubik per detik. Jumlah itu dianggap kurang untuk memenuhi kebutuhan air, baik untuk Jakarta maupun Bekasi. Oleh karena itu, debit air ditambah dari Tarum Barat di luar sipon. "Total debit menjadi sekitar 17, 302 meter kubik per detik," ujar Wildan.
Debit sebanyak itu dibagi menjadi dua aliran, yakni ke Bekasi Utara sebanyak 4,326 meter kubik per detik untuk melayani Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Patriot, pertanian, serta perusahaan di sejumlah tempat di utara Bekasi. "Kebutuhan air sampai saat ini masih normal," kata dia.
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Bhagasasi menyatakan pasokan air baku untuk air bersih masih aman meski sejumlah daerah mulai mengalami kekeringan. "Belum ada permasalahan akan kesediaan bahan baku air," kata juru bicara PDAM Tirta Bhagasasi, Endang Kurnaen.
Sebab, kata dia, suplai air dari Perusahaan Umum Jasa Tirta II sebagai penyedia air baku masih normal. Air baku itu disuplai melalui saluran Tarum Barat atau Kali Malang. "Produksi air bersih tetap lancar," kata dia.