Pekerja dari Ditjen Sumber Daya Air Kementrian Pekerjaan Umum mengurai sampah yang menghambat di pintu air Manggarai, Jakarta, Senin (3/2). TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Operator Pintu Air Manggarai Adie Widodo, 39 tahun, mengatakan dalam menjaga Pintu Air Manggarai ia ditemani oleh enam anak buahnya. Untuk memudahkan pekerjaannya, Adie membagi jam kerja bawahannya menjadi dua shift. "Dalam satu shift ada tiga orang yang bertugas termasuk saya," ujar Adie di posnya, Jalan Tambak nomor 59, Jakarta, Kamis, 20 November 2014. (Baca: Jakarta Banjir, Ahok Sibuk Terima Tamu Seharian)
Dalam kondisi darurat, kata Adie, mereka bekerja selama 24 jam. "Setelah bekerja seharian, kami langsung libur dua hari," ujarnya. Adie mengaku ketika Pintu Air Manggarai dalam kondisi siaga 1 dan membuatnya sering lembur tak ada insentif apapun dari pemerintah. Dia menganggap pekerjaannya sebagai penjaga pintu air merupakan salah satu pengabdian bagi masyarakat. (Baca: Banjir 4 Meter, 432 Warga Kampung Pulo Mengungsi)
Ketika ditanya berapa besaran gajinya, Adie enggan merinci. "Yang jelas cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari," tuturnya. Adie telah menjaga Pintu Air Manggarai selama 15 tahun. Dia berharap dengan selesainya proyek pembangunan Pintu Air Manggarai yang ketiga penduduk Jakarta bisa terbebas dari banjir. (Baca: Ini Empat Daerah Paling Rawan Banjir di Jakarta)