Seorang warga memamfaatkan ketinggian air Kali Ciliwung untuk mencuci anak di kampung pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa 11 November 2014. TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO , Jakarta - Dua peneliti dari Universitas Wollongong Australia, Etienne Turpin dan Tomas Holderness, melakukan penelitian di Sungai Ciliwung untuk memantau pertambahan debet air. Penelitian ini bekerja sama dengan Badan Pengelolaan Bencana DKI untuk membuat pemetaan banjir di Jakarta secara digital (baca juga: Banjir, Kampung Pulo Jadi Obyek Riset Australia).
Menurut Turpin, pemantauan Ciliwung sangat penting agar bisa mengetahui permasalahaan banjir yang ada di Jakarta. Apalagi Ciliwung adalah sungai terbesar dan terpanjang di Ibu Kota. "Ini tidak hanya sebatas melihat kondisi lingkungan di dekat aliran kali, tetapi juga untuk menghitung kedalamnya," kata Turpin, Jumat, 28 November 2014.
Kondisi Ciliwung, kata Turpin, membuat mereka tercengang. Sebab sungai itu dipenuhi sampah. "Sampah terlihat dimana-mana," katanya. Fakta itu menunjukan pengelolaan sampah di sepanjang aliran Ciliwung sangat tidak baik. "Sangat mengejutkan."
Tomas Holderness menambahkan, data pemetaan banjir yang diperoleh, nantinya bisa digunakan sebagai pembanding kondisi kali pada masa yang akan datang. "Sistem yang kami bangun berfungsi untuk mendapatkan serta memberikan informasi secara langsung terhadap laporan yang diterima," kata Holderness (baca juga Jakarta Banjir, Cuit #Banjir untuk Respon Cepat).
Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta
2 Maret 2024
Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta
Wakil Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA), Azas Tigor Nainggolan menyampaikan, banyaknya titik genangan air di Jakarta terjadi karena kondisi daratan yang berada dibawah permukaan air laut.