DPRD Sarankan Ahok Batalkan Proyek Monorel

Reporter

Sabtu, 10 Januari 2015 12:28 WIB

Sebuah alat berat bor untuk pembangunan proyek Jakarta Monorail di Kuningan, Jakarta, (15/10). Moda transportasi masal berbasis rel monorail akan dilanjutkan kembali pembangunannya pada Rabu (16/10). TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Pembangunan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta Mohamad Sanusi menyarankan pemerintah DKI membatalkan kerja sama proyek pembangunan monorel dengan PT Jakarta Monorail. Alasannya, hingga tenggat waktu yang ditetapkan yakni September 2014, perusahaan itu belum bisa melakukan perbaikan yang diminta pemerintah.

"Batalkan saja. Mereka belum bisa memenuhi syarat yang diminta," kata Sanusi, Sabtu, 10 Januari 2015. Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyatakan akan menyurati PT Jakarta Monorail untuk menyampaikan sikap pemerintah DKI terhadap kelangsungan proyek tersebut. (Baca: Ahok Tolak Usulan Kedua PT Jakarta Monorail)

Sanusi menjelaskan, PT Jakarta Monorail tak memenuhi persyaratan yang diminta Pemerintah Provinsi, yakni menunjukkan bank garansi senilai 5 persen dari total anggaran. Padahal nilai tersebut, kata dia, merupakan jaminan bahwa perusahaan mampu menyelesaikan pembangunan moda transportasi massal itu. Ia menambahkan, perusahaan juga seharusnya mampu menyertakan 30 persen dari modal mereka dalam bentuk fresh money.

Semua persyaratan tersebut, ujar Sanusi, bersifat wajib guna memastikan proyek tak berhenti di tengah jalan karena perusahaan kehabisan modal. Sebab, proyek tersebut dibangun dengan mengandalkan perusahaan swasta sepenuhnya dan tanpa bertumpu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI. (Baca:Ahok: Perjanjian Monorel Tak Kelar 3 Bulan, Putus! )

Itu artinya, Sanusi melanjutkan, pemerintah DKI mempertaruhkan kelangsungan proyek tersebut pada PT Jakarta Monorail. Pemerintah akan dicap telah membohongi masyarakat jika proyek tersebut mangkrak. "Risikonya besar, pemerintah DKI akan menjadi sasaran kemarahan warga," katanya.

Sanusi mengatakan opsi selain membatalkan proyek itu yakni melanjutkannya dengan menggunakan APBD sebagai sumber dana. Pemerintah DKI, kata dia, bisa mengutus salah satu badan usaha miliknya dan bekerja sama dengan kontraktor swasta. Selain itu, pemerintah DKI juga bisa mengajukan permohonan pinjaman lunak kepada negara lain, seperti mekanisme yang ditempuh PT Mass Rapid Transit Jakarta. "Lebih terjamin," ujar Sanusi. (Baca:Ahok: Banyak yang Disembunyikan Jakarta Monorail)

LINDA HAIRANI

Baca juga:
Kementerian Perhubungan Harus Diaudit Khusus
KNKT Optimistis Segera Temukan Black Box Air Asia
Bocorkan Data ke Pacar, Eks Bos CIA Dipidanakan
Cari Air Asia, Penyelam Dibekali Dua Pesan In

Berita terkait

4 Wajah Lama Ini Kembali Muncul dalam Bursa Bakal Calon Gubernur Pilkada 2024

2 hari lalu

4 Wajah Lama Ini Kembali Muncul dalam Bursa Bakal Calon Gubernur Pilkada 2024

Sejumlah nama bakal calon gubernur di Pilkada 2024 sudah mulai bermunculan, termasuk 4 wajah lama ini. Siapa saja mereka?

Baca Selengkapnya

Pembatasan Kendaraan di UU DKJ, DPRD DKI: Sesuatu yang Harus Dikaji Lagi

3 hari lalu

Pembatasan Kendaraan di UU DKJ, DPRD DKI: Sesuatu yang Harus Dikaji Lagi

Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta mendesak untuk melakukan kajian yang matang sebelum menerapkan kebijakan pembatasan kendaraan pribadi sesuai UU DKJ.

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut Ahok Masih Berminat Maju di Pilkada Jakarta, Apa Alasannya?

3 hari lalu

Pakar Sebut Ahok Masih Berminat Maju di Pilkada Jakarta, Apa Alasannya?

Ahok akan bersaing dengan sejumlah nama populer dalam Pilkada Jakarta 2024.

Baca Selengkapnya

Ahok Masuk Bursa Cagub DKI dari PDIP Selain Risma, Andika Perkasa, dan Basuki Hadimuljono

5 hari lalu

Ahok Masuk Bursa Cagub DKI dari PDIP Selain Risma, Andika Perkasa, dan Basuki Hadimuljono

PDIP mulai menjaring empat nama yang akan menjadi calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta. Lantas, siapa saja bakal cagub DKI Jakarta yang diusung PDIP?

Baca Selengkapnya

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

6 hari lalu

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

Bawaslu minta jajarannya menyiapkan alat bukti dan kematangan mental menghadapi sidang sengketa Pileg di MK.

Baca Selengkapnya

Selain Galih Loss, Ini Daftar Kasus Dugaan Penistaan Agama di Indonesia

8 hari lalu

Selain Galih Loss, Ini Daftar Kasus Dugaan Penistaan Agama di Indonesia

Kasus yang menjerat Galih Loss menambah daftar panjang kasus penistaan agama di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Mantan Napi Korupsi Melenggang Menjadi Anggota Dewan: Nurdin Halid dan Desy Yusandi

34 hari lalu

Mantan Napi Korupsi Melenggang Menjadi Anggota Dewan: Nurdin Halid dan Desy Yusandi

ICW temukan 56 mantan napi korupsi ikut dalam proses pencalonan anggota legislatif Pemilu 2024. Nurdin Halid dan Desy Yusandi lolos jadi anggota dewan

Baca Selengkapnya

Gaya Ahok, Anies, dan Heru Budi Tangani Banjir di DKI Jakarta

37 hari lalu

Gaya Ahok, Anies, dan Heru Budi Tangani Banjir di DKI Jakarta

Banjir melanda sebagian wilayah di DKI Jakarta kerap terjadi berulang kali. Berikut gaya gubernur DKI menyikapi banjir di wilayahnya.

Baca Selengkapnya

Mereka yang Dijerat Kasus Penistaan Agama, Ahok hingga Panji Gumilang Pimpinan Ponpes Al Zaytun

37 hari lalu

Mereka yang Dijerat Kasus Penistaan Agama, Ahok hingga Panji Gumilang Pimpinan Ponpes Al Zaytun

Berikut sederet kasus penistaan agama yang dijatuhkan vonis untuk Ahok, Arya Wedakarna, dan terakhir Panji Gumilang Pimpinan Ponpes Al Zaytun.

Baca Selengkapnya

Kaesang Pangarep: Perolehan Kursi PSI di DPRD Meningkat Sekitar 200 Persen

41 hari lalu

Kaesang Pangarep: Perolehan Kursi PSI di DPRD Meningkat Sekitar 200 Persen

Kaesang Pangarep mengatakan, meski PSI tidak lolos ke Senayan, perolehan kursinya di DPR meningkat sekitar 200 persen.

Baca Selengkapnya