Istana Negara Banjir, Ini Penjelasan Komplet Ahok
Editor
Nur Haryanto
Selasa, 10 Februari 2015 01:59 WIB
TEMPO.CO , Jakarta: Hujan yang mengguyur daerah Jakarta seharian penuh menyebabkan sejumlah genangan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah melansir ada 49 titik genangan di seluruh Jakarta, termasuk banjir di kawasan Istana Negara. Pemerintah DKI pun menelisik penyebab genagan tersebut
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, penyebab genangan hampir semua wilayah Jakarta, termasuk Istana bukan karena saluran drainase yang buruk atau tersumbat. Tapi karena faktor alam: pasang surut air laut yang menyebabkan rob. "Drainase kita baik. Ini karena rob," kata dia di Balai Kota, Senin, 9 Februari 2015.
Menurut dia, air rob bisa masuk jauh sampai wilayah tengah Jakarta karena belum ada tanggul penahan, proyek tanggul A Nasional Capital Integrated Coastal Development. Tanggul penahan, kata Ahok, sapaan Basuki, mulai dibangun tahun ini dengan skema multiyears. "Selama tanggul tidak ada tetap akan sama (rob masuk)," ujar dia.
Ia menambahkan, karena rob juga kinerja pompa air semakin ekstra. Karena pompa bekerja terus menerus, pompa akan cepat rusak. "Ibaratnya tuh pompanya ngambek dan macet. Kalau dipompa terus sampai malam terlalu panas, jadinya enggak kuat lagi," ucap mantan Bupati Belitung Timur itu.
Karena rusak, Ahok melanjutkan, jumlah pompa yang berfungsi untuk menyedot genangan pun berkurang. Belum lagi ditambah pompa yang rusak karena terendam air, seperti pompa di Sunter dan Kelapa Gading, Jakarta Utara. "Pompanya jadi tidak cukup dan kapasitasnya jadi sedikit," kata Ahok.
Meski begitu, Ahok optimistis dalam waktu dekat banjir segera surut karena pengaruh robnya berkurang. "Jam 1 siang pasti sudah turun," ucapnya. Namun, ia tetap bersiaga karena pintu air Waduk Pluit sudah siaga 2 (0-40 centimeter). Selain itu ketinggian di pintu air Manggarai sebesar 700 centimeter, itu belum masuk siaga.
Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta, Agus Priyono mengatakan, kawasan Istana Negara banjir karena rob masuk sampai Sungai Cideng, Abdul Muis, Jakarta Pusat. Nah, Sungai Cideng bermuara di Waduk Pluit di mana waduk tersebut terdampak rob. "Robnya cukup tinggi sampai 210 centimeter. Jadi itu yang menyebabkan genagan tinggi," ucap dia.
Selain kawasan Istana, Agus menambahkan, wilayah lain yang terdampak rob yakni kawasan Sunter, Kelapa Gading, Yos Sudarso, Gunung Sahari, hingga Pecenongan. Termasuk banjir di kawasan Batu Ceper, Tangerang karena Kali Beton tersambung dengan Waduk Pluit, di Jakarta Utara. "Jadi Waduk Pluit ini yang bisa menyelesaikan genangan di kawasan Istana juga," ujar dia.
Selain itu penyebab genangan juga dikarenakan oleh hujan lokal yang intensitasnya tinggi. "Ini hujan dari sejak semalam sampai sekarang," katanya. Kalau di daerah hulu, hujannya tidak terlalu besar bahkan bisa dibilang kering. "Hujan lokal ditambah rob jadi tinggi. Jadinya enggak bisa ngalir dengan lancar ke sana secara gravitasi."
Agus mengatakan, antisipasi jangka pendek penanggulangan genangan yakni dengan memaksimalkan pompa yang ada, baik pompa mobile maupun statis. Saat ini, sebanyak 60 pompa mobil dikerahkan untuk mengurangi genangan di seluruh DKI. Adapun total keseluruh pompa yakni sebanyak 555 pompa. Ia mengklaim semua pompa dalam kondisi baik. "Selama ini oke saja. Cuma ada yang kelelahan."
Kepala Bidang Informatika dan Pengendalian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Bambang Suryasaputra mengatakan, tinggi muka air terus mengalami peningkatan. Bahkan di pintu air Karet sudah memasuki siaga 1. "Ketinggiannya sudah 600 centimeter," kata dia.
Beranjak ke hilir, dua pintu air: Waduk Pluit dan Pasar Ikan juga menunjukan peningkatan. Saat ini, ujar Bambang, kondisinya sudah masuk siaga 2. Masing-masing ketinggian air di kedua pintu air itu yakni, 30 centimeter dan 250 centimeter. "Bahaya ini sudah mau siaga 1." Ketinggian air 250 centimeter di pintu air Pasar Ikan artinya 250 centimeter di atas pemukaan tanah.
ERWAN HERMAWAN