Pusat Jajanan Lenggang Jakarta Segera Dibuka di Monas
Editor
Sunu Dyantoro
Senin, 11 Mei 2015 21:54 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan Joko Kundaryo mengatakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama akan segera meresmikan pusat pedagang kaki lima Lenggang Jakarta. Menurut Joko, peresmian akan dilakukan paling cepat pada awal pekan Juni mendatang.
Joko menjelaskan, di Lenggang Jakarta terdapat 350 kios. "Ada sekitar 140 pedagang makanan dan sisanya akan ditempati oleh pedagang pakaian maupun souvenir," ujarnya di Balai Kota, Senin siang, 11 Mei 2015.
Lapangan IRTI Monas diubah menjadi Lenggang Jakarta. Area yang sebelumnya dijadikan lokasi parkir ini ditata dan diberi fasilitas seperti kios dan lapak untuk pedagang kaki lima, serta kursi dan meja untuk pengunjung.
Joko mengatakan, salah satu keunggulan dari Lenggang Jakarta ialah tak menggunakan uang tunai untuk bertransaksi. Dari transaksi uang pembeli langsung masuk ke rekening pedagang.
Dia menjelaskan, bank yang diajak bekerja sama untuk transaksi antara pembeli dan penjual ialah Bank Mandiri. "EDC-nya, alat kartu e-money digesekkan, disediakan oleh Bank Mandiri," kata Joko.
Pedagang, kata Joko, telah mendapatkan pelatihan penggunaan EDC. Transaksi non tunai, dia mengimbuhkan, juga dijadikan oleh lembaganya sebagai bahan evaluasi.
Dari nilai transaksi yang tercatat di bank, ia menambahkan, pemerintah DKI bisa melihat apakah pedagang tersebut bisa mengelola keuangan atau tidak. "Jika cash flow keuangannya baik, nanti pemerintah bisa memberikan bantuan modal. Selain itu, bank juga akan mengetahui keuangan pedagang tersebut," tuturnya.
<!--more-->
Joko mengimbau pedagang yang telah mendapatkan tempat atau kios di Lenggang Jakarta untuk segera menempati kiosnya sebelum 20 Mei. "Jika hingga tenggat tersebut pedagang belum menempati kiosnya, maka kami akan mencari pedagang lainnya," katanya.
Salah satu pedagang pakaian di Lenggang Jakarta, Andika Marlin, mengeluhkan sepinya pembeli sejak dia menempati kiosnya Kamis pekan lalu. "Untuk sementara ini sepi, lebih laku kalau saya jualan di dalam," keluhnya kepada Tempo di Monas.
Pria yang berjualan di halaman Monas sejak 2004 ini menuturkan, saat masih berjualan di dekat pintu masuk Monas pada akhir pekan dia bisa meraup pendapatan kotor hingga Rp 3 juta.
Walaupun barang dagangannya belum laku seperti dulu, namun Andika tak keberatan dengan harga sewa kios sebesar Rp 350 ribu per bulan.
Andika optimistis akan meraih keuntungan setelah Lenggang Jakarta diresmikan. Hal itu disebabkan oleh tak diperbolehkannya pedagang berjualan di lingkungan Monas selain di Lenggang Jakarta. "Semoga kios saya ramai setelah tempat ini, Lenggang Jakarta, diresmikan oleh gubernur," tuturnya.
Hal yang sama diungkapkan oleh Yayah Citra. Penjual nasi timbel ikan di blok C ini menuturkan, sejak dia menempati kiosnya di Lenggang Jakarta seminggu yang lalu, baru ada 7 pengunjung yang makan di warungnya. "Untuk sementara ini pendapatan belum stabil," keluhnya.
Perempuan yang sebelumnya berjualan mie seduh dan minuman seperti kopi dan teh di halaman Monas sejak 2003 ini berharap setelah diresmikan gubernur, banyak pedagang makanan dan minuman yang pindah mengikuti dia.
Menurut Yayah, jika seluruh pedagang pindah, maka besar kemungkinan pengunjung Monas akan mampir ke Lenggang Jakarta.
Berbeda dengan Andika, Yayah membayar uang sewa kios dan peralatan yang digunakannya pada pengelola melalui potongan harga makanan yang dijualnya. Perempuan yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat menjelaskan, untuk membayar sewa tempat dan alat-alat masak seperti panci; kompor, dan baskom, dia diwajibkan membayar sebesar Rp 6000 rupiah dari harga makanan yang dijualnya. Selain itu, ia pun harus membayar Rp 4 ribu per hari untuk biaya retribusi.
"Dari harga makanan yang saya jual Rp 25 ribu per porsinya langsung dipotong, Rp 19 ribu untuk saya dan sisanya, Rp 6 ribu, untuk Sosro sebagai pengelola," katanya.
Menurut Joko, adanya perbedaan cara untuk membayar sewa kios tak akan menjadi masalah. Hal itu disebabkan karena pada akhirnya tujuan dari pungutan tersebut sama. "Hanya teknisnya yang berbeda, namun tujuannya sama," katanya.
Sedangkan untuk pembayaran sewa berdasarkan keuntungan, bertujuan untuk perawatan alat-alat yang disediakan oleh pengelola. Sewa berdasarkan keuntungan, kata Joko, akan bersifat fleksibel. "Ya jika hari itu seorang pedagang makanan hanya laku 6 porsi maka potongannya hanya 6 porsi, jika tak laku ya tak ada potongan," katanya.
Tak hanya itu, Joko menegaskan, akan menindak pedagang yang masih menerima transaksi tunai. Dia tak segan untuk mengeluarkan pedagang yang kedapatan menerima transaksi tunai.
Menurut pantauan Tempo, suasana Lenggang Jakarta masih sepi. Dari beberapa lapak souvenir, hanya terdapat satu penjual pakaian dan jam tangan. Sedangkan dari deretan kios makanan bercat putih, belum semuanya terisi. Sore itu pun hanya tampak beberapa orang yang mengunjungi Lenggang Jakarta.
GANGSAR PARIKESIT