Polisi mengevakuasi mayat Akseyna Ahad Dori dari Danau Kenanga, Universitas Indonesia, Depok, 26 Maret 2015. ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
TEMPO.CO, Yogyakarta - Ayah Akseyna Ahad Dori, 18 tahun, Kolonel Sus Mardoto, tak mau menduga-duga apa penyebab anaknya dibunuh.
Namun demikian, Mardoto berfirasat anaknya dibunuh oleh orang dekat. Mardoto meyakini jika pembunuh mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, itu bukan berasal dari keluarga besarnya, kerabat dekat ataupun rekan kerja Mardoto, serta teman-teman Akseyna semasa SMA.
“Saya tahu dan kenal betul dengan mereka. Lagi pula, saya dan keluarga, termasuk Akseyna tak mempunyai masalah apa-apa dengan mereka,” kata Mardoto dalam wawancara dengan Tempo di Yogyakarta, Rabu, 10 Juni 2015. Mardoto juga menampik ada permasalahan keluarga yang bisa memicu Akseyna stres hingga bunuh diri.
Karena itu, Mardoto berfirasat motif pembunuhan Akseyna ialah permasalahan antarpribadi. Intuisi Mardoto mengarah kepada lingkungan sekitar Akseyna di Depok. “Sebab saya tak kenal betul dengan lingkungan pergaulan Akseyna selama ia di Depok,” ujar Mardoto.
Soal penelusuran kasus Akseyna yang masih ditangani pihak berwajib, termasuk otopsi jenazah, Mardoto berujar, hingga kini keluarga belum pernah dimintai izin. “Bahkan keluarga tak pernah dikabari hasil otopsinya. Dimintai izin pun tidak,” kata Mardoto.