Sebuah peluru keluar dari senjata SS1 V1 saat anggota TNI berlatih menembak di lapangan tembak Batalion Arhanudse, Semarang, 26 Mei 2015. Untuk mengasah kepekaan menembak, meraka selalu berlatih tiga bulan sekali. TEMPO/Budi Purwanto
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meresmikan lapangan tembak pistol Rama dan Shinta di Markas Komando Pasukan Khusus, Cijantung, Jakarta Timur. Lapangan tembak tersebut memiliki delapan area.
Ahok, sapaan akrab Basuki, mendukung pembangunan sarana penunjang bagi TNI dan Polri. "Polri dan TNI memiliki aset, yakni lahan yang luas. Sedangkan kami memiliki keterbatasan lahan saat ingin membangun sarana olahraga," tutur Ahok, Rabu, 17 Juni 2015.
Lapangan tembak ini, kata Ahok, dibangun menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Untuk membangun lapangan tembak Rama dan Shinta, Ahok menuturkan, pemerintah DKI mengucurkan dana hingga Rp 750 juta.
Selain itu, keunggulan lainnya ketika membangun sarana olahraga di lahan TNI dan Polri ialah pengelolaan yang diambil-alih oleh kedua instansi tersebut. Menurut Ahok, jika diambil-alih oleh pemerintah DKI melalui unit pelaksanaan teknis (UPT), maka pengelolaannya tak akan sebaik pengelolaan oleh TNI dan Polri.
"Kalau UPT yang bangun, pasti di lapangan tembak ini sudah banyak pedagang kaki limanya," tutur Ahok.
Ahok pun tak mempersoalkan lapangan tembak yang baru dibangun dengan menggunakan APBD itu dimiliki oleh TNI. "Bagi kami yang penting fungsi," ujar Ahok.
Komandan Jenderal Kopassus Mayor Jenderal Doni Monardo mengatakan lapangan tembak Rama dan Shinta dapat digunakan oleh prajuritnya untuk berlatih menembak cepat dan tepat. Selain itu, kata Doni, lapangan tembak tersebut terbuka untuk umum.
"Namun sebelum digunakan masyarakat berlatih menembak, kami akan meneliti latar belakangnya terlebih dahulu," kata Doni.