Kisruh Sampah Jakarta, Kenapa ITF Belum Dibangun Ahok?

Reporter

Senin, 23 November 2015 08:13 WIB

Truk pengangkut sampah mengantre di tempat pembuangan sampah sementara di Sunter, Jakarta, 3 November 2015. Sebanyak 200 truk sampah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dihadang puluhan warga ketika melintasi Jalan Transyogi, Cileungsi, saat itu truk sedang menuju TPST Bantargebang. ANTARA/Yudhi Mahatma

TEMPO.CO, Jakarta - Suasana Unit Tempat Pengolahan Sampah Terpadu milik Dinas Kebersihan DKI Jakarta di Sunter, Jakarta Utara nampak lengang pada Rabu pekan lalu. Ratusan truk pengangkut sampah Jakarta yang biasanya hilir mudik, siang itu tak datang ke sana. "Aktivitas berhenti karena listrik mati," kata Heriyadi, seorang petugas keamanan.

Unit Sunter merupakan tempat transit truk pengangkut sampah dari tiga wilayah: Jakarta Utara, Pusat, dan Barat. Di sana, semua sampah Jakarta dipadatkan dahulu dengan mesin sebelum dipindahkan ke truk lain kemudian dibawa ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat.

Di sana juga, Dinas Kebersihan berencana membangun tempat pengolahan sampah menggunakan metode dibakar atau Intermediete Treatment Facility (ITF). Selain di Sunter, Dinas juga akan membangun ITF di Marunda, Cakung-Cilincing, dan Duri Kosambi.

Setiap satu ITF bisa mengolah sekitar seribu ton per hari atau 4.000 ton sehari jika empat ITF. Dengan begitu volume sampah yang dibuang ke Bantargebang menjadi lebih sedikit sekitar 2.000 ton per hari--sekarang 7.000 ton sehari. Namun sayangnya rencana Dinas sejak 2011 lalu itu belum maujud sampai sekarang.

Kegagalan Dinas membangun ITF ini sempat dipertanyakan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. "Saya tidak tahu motif kegagalannya apa," kata dia awal November lalu. Wakil Kepala Dinas Kebersihan Ali Maulana Hakim mengatakan alasan kegagalan pembangunan ITF soal eksekusi saja.

Karenanya, ia akan melelang pembangunan ITF Sunter tahun ini. Adapun tiga ITF lainnya akan dibangun PT Jakarta Propertindo dan mulai dilelang tahun depan. Ali mengatakan pembangunan satu ITF menelan dana sekitar Rp 1,2 triliun dan memakan waktu sekitar 3 tahun.

Kegagalan pemerintah membangun empat ITF juga dipersoalkan oleh pengelola Bantargebang: PT Godang Tua Jaya dan PT Navigat Organic Energy Indonesia. Karena pemerintah tak kunjung membangun ITF, volume sampah Jakarta yang dikirim ke Bantargebang meningkat.

Padahal, kata Direktur Godang Tua Jaya Douglas Manurung, dalam perjanjian kerja sama pemerintah harus membangun ITF untuk menekan jumlah sampah yang dikirim ke Bantargebang. "Di perjanjian seharusnya pemerintah kirim sampah 3.000 ton tapi faktanya sekarang 7.000 ton sehari."

Walhasil, pengelola pun merugi karena banyak mengeluarkan uang operasional. Menurut Douglas, kerugian bertambah soalnya pengelola sedikit memperoleh pendapatan dari pengolahan gas menjadi listrik, daur ulang plastik, dan kompos. "Sekarang siapa yang mau beli kompos kami."

Karenanya ia meminta kepada pemerintah untuk berunding menyelesaikan Bantargebang. Ia juga ingin mengubah perjanjian terutama soal besaran tipping fee. "Kami minta naikkan besar tipping fee," ujarnya. Karena pemerintah Surabaya saja membayar tipping fee sebesar Rp 130 ribu per ton kepada pengelola.

Menurut Ali justru pengelola untung jika sampah yang dikirim ke Bantargebang banyak. Karena pemerintah tetap membayar meskipun volumenya besar. Ali menyangkal jika pembangunan ITF masuk dalam kontrak. "Enggak ada. Itu cuma rencana kami saja," ucapnya.

Pernyataan Ali itu terkonfirmasi. Dalam dokumen kerja sama antara pemerintah Jakarta dengan pengelola yang salinannya diperoleh Tempo, memang tak ada satu pasal pun yang menyebutkan pemerintah wajib membangun ITF.

Namun menurut Ali, dalam perjanjian jumlah sampah yang dikirim ke Bantargebang menurun setiap tahunnya. Seperti tahun ini minimal sampah yang dikirim ke sana 3.000 ton per hari. "Ingat itu minimal. Kalau kami kirim lebih dari itu boleh enggak? boleh dong," katanya.

ERWAN HERMAWAN

Berita terkait

4 Wajah Lama Ini Kembali Muncul dalam Bursa Bakal Calon Gubernur Pilkada 2024

2 hari lalu

4 Wajah Lama Ini Kembali Muncul dalam Bursa Bakal Calon Gubernur Pilkada 2024

Sejumlah nama bakal calon gubernur di Pilkada 2024 sudah mulai bermunculan, termasuk 4 wajah lama ini. Siapa saja mereka?

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut Ahok Masih Berminat Maju di Pilkada Jakarta, Apa Alasannya?

3 hari lalu

Pakar Sebut Ahok Masih Berminat Maju di Pilkada Jakarta, Apa Alasannya?

Ahok akan bersaing dengan sejumlah nama populer dalam Pilkada Jakarta 2024.

Baca Selengkapnya

Ahok Masuk Bursa Cagub DKI dari PDIP Selain Risma, Andika Perkasa, dan Basuki Hadimuljono

6 hari lalu

Ahok Masuk Bursa Cagub DKI dari PDIP Selain Risma, Andika Perkasa, dan Basuki Hadimuljono

PDIP mulai menjaring empat nama yang akan menjadi calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta. Lantas, siapa saja bakal cagub DKI Jakarta yang diusung PDIP?

Baca Selengkapnya

Selain Galih Loss, Ini Daftar Kasus Dugaan Penistaan Agama di Indonesia

8 hari lalu

Selain Galih Loss, Ini Daftar Kasus Dugaan Penistaan Agama di Indonesia

Kasus yang menjerat Galih Loss menambah daftar panjang kasus penistaan agama di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Gaya Ahok, Anies, dan Heru Budi Tangani Banjir di DKI Jakarta

37 hari lalu

Gaya Ahok, Anies, dan Heru Budi Tangani Banjir di DKI Jakarta

Banjir melanda sebagian wilayah di DKI Jakarta kerap terjadi berulang kali. Berikut gaya gubernur DKI menyikapi banjir di wilayahnya.

Baca Selengkapnya

Mereka yang Dijerat Kasus Penistaan Agama, Ahok hingga Panji Gumilang Pimpinan Ponpes Al Zaytun

37 hari lalu

Mereka yang Dijerat Kasus Penistaan Agama, Ahok hingga Panji Gumilang Pimpinan Ponpes Al Zaytun

Berikut sederet kasus penistaan agama yang dijatuhkan vonis untuk Ahok, Arya Wedakarna, dan terakhir Panji Gumilang Pimpinan Ponpes Al Zaytun.

Baca Selengkapnya

81 Tahun Ma'ruf Amin, Berikut Jalan Politiknya dan Pernah Punya Story dengan Ahok

51 hari lalu

81 Tahun Ma'ruf Amin, Berikut Jalan Politiknya dan Pernah Punya Story dengan Ahok

Ma'ruf Amin berusia 81 tahun pada 11 Maret ini. Berikut perjalanan politiknya hingga menjadi wapres, sempat pula berseteru dengan Ahok.

Baca Selengkapnya

Ramai Soal KJMU, Apa itu Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul yang Diinisiasi Ahok dan Diteruskan Anies Baswedan?

55 hari lalu

Ramai Soal KJMU, Apa itu Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul yang Diinisiasi Ahok dan Diteruskan Anies Baswedan?

Ramai di media sosial soal Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul yang disebut diberhentikan sepihak oleh Pemprov DKI Jakarta. Apa beda KJMU dan KJP Plus?

Baca Selengkapnya

Jika Ahok Berminat Maju di Pilkada DKI Jakarta, Status Mantan Narapidana Bisa Mengganjalnya? Ini Kata UU Pilkada

56 hari lalu

Jika Ahok Berminat Maju di Pilkada DKI Jakarta, Status Mantan Narapidana Bisa Mengganjalnya? Ini Kata UU Pilkada

Pengamat politik Adi Prayitno sebut nama Ahok dan Anies Baswedan masih kuat di Jakarta. Bagaimana dengan Ridwan Kamil?

Baca Selengkapnya

69 Tahun Deddy Mizwar, Perjalanan Karir Jenderal Nagabonar dari Aktor hingga Politisi

56 hari lalu

69 Tahun Deddy Mizwar, Perjalanan Karir Jenderal Nagabonar dari Aktor hingga Politisi

Menjadi politisi sambil tetap aktif dalam dunia film. Begini perjalanan Deddy Mizwar menapaki dua bidang yang berbeda tersebut.

Baca Selengkapnya