IDI: Pemerintah Tidak Peduli Vaksin Langka Sejak 2011

Reporter

Senin, 18 Juli 2016 17:32 WIB

Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek memantau pemberian vaksinasi ulang terhadap anak yang diindikasikan mendapat vaksin palsu di Puskesmas Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, 18 Juli 2016. Tempo/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah dinilai tidak peduli terhadap langkanya vaksin yang terjadi sejak 2011. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah memberi peringatan soal kelangkaan vaksin itu.

"Akan tetapi tidak ada perhatian, padahal permintaan vaksin tinggi dan rumah sakit tidak tahu bahwa vaksin itu palsu," kata Ketua Umum PB IDI, Ilham Oetama Marsis, saat jumpa pers Senin, 18 Juli 2016.

Konferensi pers itu dilakukan IDI bersama Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia dan Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia. Mereka menyikapi dampak yang terjadi pada dokter, tenaga medis, dan fasilitas medis mengenai kasus vaksin palsu.

Polisi telah menetapkan sejumlah dokter dan tenaga kesehatan menjadi tersangka kasus vaksin palsu. "Tidak satupun peraturan mengatakan bahwa dokter bertanggung jawab atas obat di rumah sakit," kata Ilham.

Sekjen Pengurus Besar IDI, Adib Khumaidi, menjelaskan kekerasan yang terjadi di beberapa rumah sakit menimbulkan keresahan di kalangan dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

"Kami mendesak Kementerian Kesehatan dan BPOM bertanggung jawab atas terjadinya implikasi negatif akibat penanganan vaksin palsu," kata Adib. Pekan lalu, terjadi kekerasan di RS Harapan Bunda Jakarta Timur, RS Mutiara Bunda Ciledug dan RS Santa Elisabeth Bekasi.

Adib mengatakan, dokter, tenaga kesehatan, atau fasilitas pelayanan kesehatan adalah korban dari oknum pemalsu vaksin. Dia meminta pemerintah memberikan solusi atas keluhan masyarakat.

IDI mengusulkan agar pemerintah mendirikan posko pengumuman dan pengaduan di Dinas Kesehatan, sebagai tempat untuk menghindari kekrisuhan yang terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan.

Organisasi dokter Indonesia, kata Adib, tidak ingin mencampuri urusan politik di pemerintahan. Dia meminta perlindungan kepada pemerintah untuk para dokter yang bertugas. "Kami meminta perlindungan, sebagai dokter di negara sendiri," ujarnya.


CHITRA PARAMAESTI | UWD

Berita terkait

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

20 hari lalu

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.

Baca Selengkapnya

Mengenang Perjuangan Tenaga Medis Saat Pagebluk Pandemi Covid-19

50 hari lalu

Mengenang Perjuangan Tenaga Medis Saat Pagebluk Pandemi Covid-19

Setidaknya ada 731 tenaga medis meninggal saat bertugas pandemi Covid-19, sekitar 4 tahun lalu.

Baca Selengkapnya

IDI Ingatkan Potensi Kenaikan Kasus DBD di Musim Pancaroba

3 Maret 2024

IDI Ingatkan Potensi Kenaikan Kasus DBD di Musim Pancaroba

PB IDI mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap DBD di musim pancaroba seperti sekarang.

Baca Selengkapnya

IDI Peringatkan Potensi Peningkatan Demam Berdarah Hingga Juni

3 Maret 2024

IDI Peringatkan Potensi Peningkatan Demam Berdarah Hingga Juni

IDI peringatkan potensi peningkatan kasus demam berdarah hingga di musim pancaroba

Baca Selengkapnya

Pemerataan Dokter Spesialis Bisa Dimulai dari Dukungan Pemerintah Daerah

23 Februari 2024

Pemerataan Dokter Spesialis Bisa Dimulai dari Dukungan Pemerintah Daerah

Ketua IDI Mohammad Adib Khumaidi mengatakan, pemerintah daerah berperan untuk pemerataan dokter spesialis

Baca Selengkapnya

Prabowo Janjikan Bangun 300 Fakultas Kedokteran, Apa Tanggapan IDI dan IDAI?

8 Februari 2024

Prabowo Janjikan Bangun 300 Fakultas Kedokteran, Apa Tanggapan IDI dan IDAI?

IDI dan IDAI menilai rencana Prabowo mendirikan 300 Fakultas Kedokteran Prabowo bukan solusi yang tepat mengatasi masalah kesehatan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Rokok Elektrik Kena Pajak Mulai 1 Januari 2024, Ketahui Bahaya Memakainya

3 Januari 2024

Rokok Elektrik Kena Pajak Mulai 1 Januari 2024, Ketahui Bahaya Memakainya

Rokok elektrik mulai dikenai pajak pada 1 Januari 2024. Apa bahaya dan efek samping memakai rokok elektrik bagi kesehatan?

Baca Selengkapnya

KPU Akan Memilih Petugas KPPS Berusia Maksimal 50 Tahun

12 Oktober 2023

KPU Akan Memilih Petugas KPPS Berusia Maksimal 50 Tahun

Ketua KPU Hasyim Asyari mengatakan mitigasi kematian pada petugas KPPS akan menjadi perhatian KPU. Terutama bukan berusia 50 tahun ke atas.

Baca Selengkapnya

KPK Sebut Lukas Enembe Ganggu Kenyamanan Tahanan Lain dan Tak Disiplin Konsumsi Obat

5 Agustus 2023

KPK Sebut Lukas Enembe Ganggu Kenyamanan Tahanan Lain dan Tak Disiplin Konsumsi Obat

KPK menerima surat dari tahanan lain yang mengeluhkan keberadaan Lukas Enembe.

Baca Selengkapnya

Saran IDI untuk Cegah Kasus Bullying Dokter Residen

24 Juli 2023

Saran IDI untuk Cegah Kasus Bullying Dokter Residen

Praktik perundungan atau bullying dokter residen sudah puluhan tahun tidak pernah berani diungkapkan.

Baca Selengkapnya