TEMPO.CO, Depok - Tak hanya Dzulfikar Akbar Cordova alias Dodo, 21 tahun, yang diterima masuk Universitas Indonesia (UI) lewat jalur seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN), pada 9 Juli 2015. Chintya Kahassa Ghultom, 21 tahun, temannya, juga mencicipi keberuntungan itu.
Mereka adalah siswa Sekolah Masjid Terminal (Master), Depok. Dodo diterima di Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi UI, sedangkan Chintya diterima di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik UI.
Chintya mengaku pernah sekolah sampai kelas dua SMA di Garut, tapi harus putus sekolah pada 2011, karena biaya. Akhirnya dia mengulang di Sekolah Master sejak 2012, karena mengetahui sekolah tersebut tidak memungut biaya.
Chintya berujar, ingin membuktikan bahwa siswa Master mampu bersaing. Apalagi, saat dia berhasil mendapatkan juara tiga olimpiade ilmu sosial yang diadakan di Universitas Negeri Jakarta 2013 lalu. Hal itu membuktikan latar belakang tidak mempengaruhi prestasi. "Kami bisa buktikan walau dari Master bisa bersaing dengan sekolah unggulan lain," katanya, di Perpustakaan UI, Rabu, 29 Juli 2015.
Chintya menambahkan, untuk meraih apa yang ingin dicapai, setiap orang harus memiliki semangat besar dan jangan mudah menyerah bila mempunyai mimpi. "Tidak peduli latar belakang, yang penting kemauan, karena semua diberikan otak yang sama. Tinggal mau apa tidak menggunakannya," ujarnya.
Sementara Dodo, yang kesehariannya sebagai pengamen, sempat deg-degan lantaran saat pengumuman tes SBMPTN, Kamis, 9 Juli kemarin, terjaring oleh Satuan Polisi Pamong Praja di Pasar Rebo, Jakarta Timur, Rabu, 8 Juli 2015. Dia sempat mendekam selama tiga hari di kantor Dinas Sosial Jakarta Timur.
"Saya izin sama petugas Dinsos untuk pinjam komputer untuk melihat kelulusan Kamis malam saat pengumumannya. Saya lulus," kata Dodo di Perpustakaan UI, Rabu, 29 Juli 2015.
IMAM HAMDI