TEMPO.CO, Jakarta - Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri mengindikasikan kandungan racun yang membunuh Wayan Mirna Salihin, 27 tahun, lebih kuat ketimbang kadar racun yang menewaskan aktivis hak asasi manusia, Munir Said Thalib, pada 2004. "Ini karena kematian korban sangat cepat," ujar Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan, Rabu, 13 Januari 2016.
Menurut Anton, racun yang berada di lambung Mirna bekerja sangat cepat. Anton menduga jenis racun itu adalah sianida, yakni zat yang sering digunakan petani untuk membunuh hama. Kata dia, zat itu dijual atas izin resep dokter, tapi dijual juga secara bebas.
BACA: Ahli Forensik Menduga Mirna Dibunuh, Begini Skenarionya
Masalahnya, kata Anton, kecepatan zat sianida membunuh seseorang tidak seperti dalam kasus Mirna. Karena itu, sangat dimungkinkan adanya zat lain. "Bisa saja itu racun sianida yang dicampur dengan arsenik," katanya.
Anton membandingkan kematian Mirna dengan Munir. Menurut dia, hasil identifikasi Lembaga Forensik Belanda (NFI) menyebutkan Munir meninggal karena meminum racun jenis arsenik. Mereka menemukan timbunan racun warangan dalam darahnya.
Kandungan racun tersebut mencapai 3,1 miligram per liter darah. Padahal ambang batas kewajaran yang bisa diterima tubuh hanya 1,7 miligram. Bahkan, saat itu, NFI menemukan 465 miligram sisa racun yang masih mengendap di lambungnya. Munir meninggal enam jam kemudian setelah meminum racun tersebut.
Berbeda dengan kasus Mirna. Dia ditemukan meninggal hanya beberapa saat setelah meminum kopi ala Vietnam di Olivier Cafe. Dia sekarat sesaat setelah meminum kopi tersebut hingga mengalami kejang dan mulutnya berbusa. Nyawanya tidak tertolong saat dilarikan ke rumah sakit.
SIMAK: Polisi Berencana Konfrontasi Saksi Kematian Mirna
Karena itu, kepolisian menyatakan berhati-hati dalam menangani kasus ini. Anton mengatakan pihaknya berencana mengukur seberapa banyak kandungan racun yang masuk ke tubuh Mirna. Termasuk dengan melihat racun yang berhasil dicerna dan masuk ke tubuhnya.
Sebelumnya, Wayan Mirna Salihin meninggal setelah meminum es kopi Vietnam di Kafe Olivier pada Rabu, 6 Januari 2016. Mirna datang ke tempat itu bersama dua temannya. Menurut keterangan salah seorang saksi, seorang teman Mirna yang bernama Jessica datang ke restoran lebih dulu dan memesankan minuman untuk Mirna, yang datang bersama teman lainnya bernama Hani.
Setelah menyeruput es kopi tersebut, Mirna kejang-kejang dan akhirnya meninggal. Dari hasil uji laboratorium, ada zat sianida di dalam lambung Mirna. Hingga saat ini, kepolisian belum menemukan pelaku pembunuhan dan telah memeriksa sepuluh saksi.
AVIT HIDAYAT