TEMPO Interaktif, Jakarta - Gelombang laut tinggi selama sepekan ini menyebabkan pelayaran ke Kepulauan Seribu terganggu. "BMG sudah memberikan edaran agar kapal-kapal kecil tidak berlayar," kata Bupati Kepulauan Seribu, Burhanudin, Sabtu (16/1).
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika di Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok, Siswanto, mengatakan ombak memang agak besar untuk dua hari ke depan. "Ketinggian 2 hingga 3 meter. Untuk kapal kecil cukup berbahaya," kata dia. Gelombang mulai turun pada 18 Januari nanti menjadi 1,5 hingga 2 meter.
Menurut Burhanudin, pihaknya sudah mengimbau para pemilik kapal agar tidak berlayar, terutama kapal penumpang dari Muara Angke. "Tapi mereka sudah pengalaman, jadi pintar menjadi celah dan tetap berlayar," katanya.
Jika ada gelombang tinggi, kapal biasanya segera mencari perlindungan di pulau terdekat. Ia mencontohkan kapal penumpang yang hari ini berlindung di Pulau Onrust untuk menghindari ombak tinggi. Hal ini memang menyebabkan waktu perjalanan jadi bertambah lama. "Selama ini penduduk Pulau Seribu sudah terbiasa," katanya.
Terganggunya pelayaran menyebabkan aktivitas pelayanan pemerintahan ikut terganggu. "Saya juga sudah seminggu gak ke kantor di Pulau Pramuka karena ombak tinggi," kata Burhanudin. Dari delapan kapal yang dimiliki Pemerintah Kepulauan Seribu, hanya dua kapal besar yang diperbolehkan berlayar.
Masyarakat, terutama nelayan, juga dirugikan karena tak bisa melaut selama ombak tinggi. Ada juga yang tak bisa pulang. "Tadi mau naik kapal dari Angke, tapi gak bisa berlayar karena ombak tinggi," kata Ahmad Furqon, warga Pulau Pramuka.
Selain itu, industri pariwisata juga terkena dampaknya. "Kunjungan wisatawan setidaknya turun 30 persen," ujarnya.
Meski pelayaran terganggu, Burhanudin menjamin stok makanan di Kepulauan Seribu cukup. "Dari dulu kalau bulan November hingga Februari, gelombang memang tinggi. Jadi masyarakat sudah mengantisipasi," kata dia.
Apalagi salah satu sentra ekonomi Kepulauan Seribu di Pulau Untung Jawa tak jauh dari daratan, sehingga pelayaran ke sana relatif aman. "Dari Untung Jawa baru didistribusikan ke pulau-pulau lain," katanya.
Untuk menjamin keselamatan pelayaran, Pemerintah sedang mengkaji untuk mengganti kapal-kapal penumpang yang dianggap tidak layak. "Itu kan kapal ikan yang diubah menjadi kapal penumpang. Secara bertahap akan kami upayakan diganti dengan kapal yang lebih layak," ujarnya.
SOFIAN