Tessim, 60 tahun misalnya membongkar sendiri rumahnya yang berjarak sekitar 10 meter dari sungai Cisadane karena merasa takut dan trauma." Saya punya sakit jantung, ngeri membayangkan situasi penggusuran kemarin," ujarnya saat ditemui siang ini.
Warga kampung Lebakwangi ini mengaku masih bingung mau tinggal dimana setelah meninggalkan rumah dan kampung yang telah puluhan tahun ia tempati bersama keluarganya." Ketimbang tinggal disini tidak tenang selalu dibayangi rasa takut,"ujarnya. Di kampung Lebakwangi hingga siang ini baru empat rumah yang terlihat dibongkar, sementara ratusan rumah lain masih berdiri kokoh karena pemiliknya masih bertahan.
Sementara di kampung Tangga Asem dan Kokun, bangunan yang dibongkar cukup banyak. Tempo sempat menghitung, ada sekitar 10 pemilik bangunan di sepanjang sungai Cisadane itu membongkar sendiri bangunan mereka."Daripada dibuldoser, kalau bongkar sendiri, materialnya masih bisa kita gunakan,"kata Sukamto, pemilik bangunan kontrakan karyawan pabrik kulit dilokasi.
Menurut Sukamto, ia membongkar bangunan dengan kesadaran sendiri." Kalau saya di sini status lahannya sewa, ketika mau diambil lagi ya saya berikan,"katanya. Bangunan seluas 100 meter milik Sukamto itu berupa bangunan panjang yang terdiri dari 15 kamar yang dipakai oleh karyawan pabrik kulit yang berada diseberang jalan. Pabrik kulit tidak terkena gusur.
Pembongkaran bangunan yang dilakukan oleh sejumlah warga itu disesalkan oleh warga Cina Benteng yang masih bertahan." Semestinya mereka tidak melakukan itu, karena disini kita berjuang bersama,"kata Benny, warga kampung Lebakwangi. Menurutnya, warga yang membongkar rumahnya itu karena perasaan takut yang berlebihan.
JONIANSYAH