Setelah dua tahun direhabilitasi, kondisi Supri sempat mendingan. Bahkan, ia akhirnya dipulangkan ke rumah. Baru beberapa hari dipulangkan ke rumah, Supri malah kabur ke jalan. Dan digebuki massa pula.
Beruntung, adik Supriyadi segera menolong. Dan Supri segera diamankan di kamar lantai dua. Setelah itu, Supriyadi segera bergerilya mencari rumah sakit jiwa. Ia mendatangi Rumah Sakit Jiwa Duren Sawit, tapi ditolak karena tak punya uang tunai.
"Saya dimintai DP (uang muka), setengah dari Rp 1 Juta, jadi Rp 500 ribu, tapi saya tidak punya uang tunai saat itu," tutur Supriyanto. Akhirnya, ia dengan perasaan kecewa, membawa kakaknya itu kembali ke rumah.
Selanjutnya, Supriyadi juga membawa kakaknya ke Rumah Sakit Jiwa di Grogol. Lagi-lagi ia ditolak, dengan alasan kamar penuh. Akhirnya, keluarga memutuskan Supri dipasung saja kaki di kamar lantai dua di rumahnya.
Sementara itu, Mintarti, ibu Supriyanto, sedih melihat kondisi anaknya saat ini. Ia juga menegaskan, keputusan keluarga memasung Supri sudah tepat. Pasalnya, Supri berbahaya. "Saya saja sering mau dibunuh, leher saya mau digergaji," tutur perempuan tua ini sambil memegang lehernya.
Sementara itu, Kepala Sudin Kesehatan Jakarta Barat Yuniarti menyatakan pihaknya belum tahu soal Supriyanto. "Nanti kita cek kesana," katanya saat dihubungi sejumlah wartawan sore ini.
Sementara itu, saat dikunjungi Tempo, Supri tampak sedang dipasung di pergelangan kaki kirinya. Ia bergelantungan di tangga lantai dua kamarnya. Tatapan matanya kosong. Saat ditanya wartawan, ia masih bisa berkomunikasi. Pertanyaan Kami dijawab pelan dan putus-putus.
Hingga saat ini, keluarga belum berniat melepaskan pasungannya. "Kalau ndak marah-marah ya saya lepaskan," ujar Mintarti.
FEBRIANA FIRDAUS