TEMPO Interaktif, Jakarta - Dita Kristiani, 16 tahun, siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 70 Bulungan, Jakarta, mengaku pernah ditegur oleh salah satu kakak kelasnya lantaran mengenakan seragam yang terlampau ketat. Karena tak ingin mencari gara-gara, Dita lalu menuruti perintah dan mengganti seragam lamanya dengan yang lebih longgar.
"Saya pernah dimarahin karena pake baju kecil. Ya, sudah besoknya saya ganti. Menurut saya wajar, kok, ditegur, kalau gak mau jangan macam-macam," kata dia kepada Tempo di koridor sekolahnya hari ini.
Dita beranggapan, teguran yang disampaikan langsung oleh senior kepada adik kelas, sangat disesali bila harus berakhir dengan kekerasan. Seharusnya, hal itu tidak disikapi dengan emosional.
"Dua-duanya juga salah, adik kelasnya ngocol, seniornya emosian," tuturnya.
Berbeda yang dialami teman sekelas Dita, Destya Frianda, 16 tahun, dan Sheilla Lefana, 17 tahun. Mereka juga pernah dimarahi karena rok yang dikenakan dianggap terlalu tinggi. Ketika itu, keduanya tengah berada di koridor sekolah saat jam istirahat dan, "Langsung ditegur didepan teman-teman," kata mereka yang duduk dikelas 11, kompak.
Aksi senioritas juga dialami Syafira Anjani. Ketika dia duduk di kelas 9 pada 2009, dia pernah dijemur dan disuruh jongkok oleh kakak kelasnya selama 2 jam. Hukuman itu, menurut dia, menyangkut perilakunya yang dinilai urakan. "Pernah disuruh jongkok 2 jam di lapangan, katanya aku centil," kata dia bercerita kepada Tempo.
Para siswa menilai, aksi senioritas di sekolahnya masih ada hingga sekarang. Namun, sejak kasus Vhia muncul di media, seluruh guru, giat melakukan pengawasan dan bimbingan kepada siswa kelas 2 dan 3. Kata mereka, aksi kekerasan sulit dihindari selama sekat senioritas masih bersemayam di sekolahnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Sekolah Pernon Akbar tetap fokus menjalankan program pembinaan secara komprehensif. Tujuan dilakukannya hal itu, agar kejadian kekerasan seperti terdahulu, tak terjadi di sekolah ini.
"Kami harus menjaga keharmonisan. Karenanya, kami melibatkan orang tua murid, guru, OSIS, secara komprehensif," kata dia.
Dua hari silam, Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Polda Metro Jaya Komisaris Murnila meminta agar SMA Negeri 70 menghapuskan sistem senioritas di sekolah itu. Tujuannya supaya tidak terjadi lagi kekerasan di antara siswa. Tiga siswi sekolah itu menjadi tersangka karena diduga menganiaya seorang adik kelas mereka.
ASWIDITIYO NEDWIKA