TEMPO Interaktif, Tangerang--Hutan Mangrove atau hutan Bakau yang ada di sepanjang pesisir Pantai Tangerang terancam musnah.
Kondisi tanaman yang berfungsi menahan gelombang air laut ini sangat memprihatinkan."Sekitar 60-70 persen hutan mangrove yang ada disepanjang pantai utara tangerang yang memiliki panjang 49 Kilometer saat ini rusak parah," ujar Ketua Yayasan Peduli Lingkungan Hidup Tangerang Uyus Setiabakti kepada Tempo, hari ini.
Menurut Uyus, rusaknya hutan bakau tersebut karena minimnya perhatian pemerintah akan dampak lingkungan yang terjadi disekitar pantai, banyaknya eksploitasi pasir pantai di wilayah Kabupaten Tangerang yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab serta maraknya pembangunan sejumlah proyek di bibir pantai tersebut.
Uyus mengatakan titik-titik kerusakan parah hutan mangrove saat ini berada di Kohod, Keramat, Karang Serang, Tanjungkait, teluk naga hingga Muara Tanjung Burung."Kondisinya sangat memprihatinkan,"katanya.
Ia mengakui jika selama ini banyak program rehabilitasi tanaman mangrove yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan aktifis lingkungan hidup untuk mengatasi kerusakan hutan mangrove tersebut."Tapi semuanya sia-sia,"katanya.
Baca Juga:
Soal kerusakan hutan Mangrove tersebut diakui oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang. Menurut Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang Herry Herlan, faktor penyebab rusaknya ribuan hektar hutan mangrove tersebut yaitu, besarnya arus gelombang dari laut Jawa ke arah daratan
."Rusaknya ribuan hektar hutan mangrove tersebut menyebabkan di daerah pantai tidak ada penahan gelombang air laut ke daratan. Terutama, saat terjadi banjir rob atau banjir yang diakibatkan oleh air laut yang pasang yang menggenangi daratan,"katanya.
Menurut Herry, satu-satunya cara untuk mencegah kerusakan hutan mangrove dari arus gelombang adalah dengan membuah tanggul pemecah gelombang. Karena, berapa ratus ribu pohon bakau yang ditanam akan menjadi sia-sia jika setiap hari mereka diterjang oleh kencangnya arus gelombang air laut.
Herry mencontohkan, Tahun 2009, Kabupaten Tangerang telah menanam 110 ribu batang bakau. Namun, kuatnya terpaan gelombang menyebabkan hanya lima persen mangrove tersisa.
Pembangunan tanggul memang mahal, tapi sangat mahal jika pengikisan garis pantai terus terjadi dan mata pencaharian masyarakat hilang. Jika kerugian per desa mencapai Rp 95 miliar per tahun, dan abrasi telah berlangsung lima tahun, Pemkab Tangerang telah merugi Rp 11 triliun lebih.
Saat ini, Herry mengaku telah melakukan berbagai macam upaya untuk memulihkan ribuan hektar hutan mangrove yang rusak, Diantaranya, mendesak pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk menjadikan pantai utara Tangerang dijadikan sebagai pilot project atau proyek percontohan perbaikan tanaman mangrove nasional.
JONIANSYAH