TEMPO Interaktif, Jakarta -Penertiban pedagang liar di kawasan Taman Monumen Nasional, Jakarta Pusat, oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jakarta Pusat, mendapat perlawanan. Seorang anggota Satuan Polisi Pamong Praja Jakarta Pusat, Dede Suherman, 32 tahun, melepuh wajahnya setelah disiram air panas oleh salah satu pedagang.
"Wajah Dede melepuh, utamanya pipi, dan jidat sebelah kirinya," ujar Aldo, yang merupakan rekan Dede, Kamis (30/12) sore. Kejadian itu terjadi di belakang Stasiun Gambir Jalan Merdeka Timur, Gambir, Jakarta Pusat, pada pukul 14.30 WIB.
Menurut Aldo, tindakan pelaku sudah dilaporkan Dede ke Kepolisian Sektor Metro Gambir. Dede sendiri, tambah Aldo, hingga berita ini diturunkan masih di Polsek Gambir, untuk membuat berita acara pemeriksaan laporannya.
Aldo menceritakan, sebelum kejadian, jajaran Polisi Pamong Praja bergerak ke Taman Monas untuk melakukan operasi penertiban terhadap pedagang kopi yang kerap menerobos ke taman melalui celah-celah pagar. Saat berada di belakang Stasiun Gambir, Dede dan sejumlah anggota lainnya menegur seorang pedagang kopi yang kedapatan tengah berjualan di Taman Monas.
Nah, kala tengah menegur pedagang kopi itulah, mendadak batu menerjang dari luar pagar mengarah ke petugas Satpol PP yang tengah bertugas. Panik, Dede pun menghindari batu itu. Namun tidak disangka, pedagang kopi yang sebelumnya tengah ditegur Dede menyiramkan air panas dari dalam termos yang tengah dibawanya ke wajah Dede.
"Dede menjerit-jerit kesakitan dan rekan-rekan yang berada di dekatnya langsung melarikan Dede ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo," tutur Aldo. Ia sendiri tidak tahu Dede mengalami luka bakar berapa persen, karena dirinya tidak ikut ke rumah sakit.
Kepala Kepolisian Sektor Gambir Ajun Komisaris Besar Riky Haznul membenarkan kasus tersebut dan saat ini jajarannya tengah melakukan perburuan terhadap pelaku. "Ciri-ciri pelaku sudah diketahui," katanya, Kamis (30/12) malam.
Riky menerangkan, kasus cek-cok Satpol PP dengan pedagang liar memang kerap terjadi di kawasan tersebut. "Bisa jadi para pedagang dendam, karena sering ditertibkan," ungkapnya.
HERU TRIYONO