Dari ukuran tubuhnya, bocah itu mungkin baru duduk di kelas tiga sekolah dasar. Siang jelang sore itu dia bersama tiga rekan sebayanya berada diantara kerumunan segala jenis kendaraan yang datang dari arah Pasar Jumat maupun TB Simatupang mengarah ke ruas tol JORR Bintaro, Jalan Raya Ciputat ataupun Pondok Indah.
Situasi di persimpangan itu menjadi ruwet karena lampu pengatur lalulintas mati. “Lampu mati sudah dari tadi, bocah-bocah itu malah bikin tambah amburadul,” kata seorang petugas di shelter busway.
Situasi yang semakin tak beraturan dan bunyi klakson yang bersahut-sahutan, diantara hujan, adalah satu hal. Tapi, memikirkan keselamatan para bocah itu adalah hal yang lain lagi. Bocah berkaos Superman itu, misalnya, harus mengangkat tangannya tinggi-tinggi, dua-duanya, karena memang tubuhnya tak akan tampak dari kabin banyak jenis kendaraan. Termasuk bus-bus.
Belum lagi kalau memikirkan pengendara sepeda motor yang sering kali tidak sabar. Tapi para bocah itu seperti nekat. Entah apakah terpengaruh kaos superhero yang dikenakannya, mereka melangkah ringan saja maju menghadang setiap kendaraan tepat di hidung bumper. Toh, tak terlihat pula ada yang membuka kaca jendela untuk memberi mereka barang sekeping uang lima ratusan.
Tiba-tiba saja ada raungan sirine. Sebuah mobil Bantuan Polisi yang kekar dan berjenis 4WD tampak merangsek antrian kendaraan dari arah Pasar Jumat. Akankah situasi kemacetan berakhir dan bocah-bocah itu bisa dievakuasi ke tempatnya yang semestinya?
Oh, tidak. Mobil rupanya hanya mengawal sebuah ambulans di belakangnya. Wus, mereka hanya melintasi bocah Superman dan teman-temannya itu dan pergi.
WURAGIL