Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Laporan Pertanggungjawaban Mochtar Mohamad Disclaimer  

image-gnews
Walikota Bekasi, Mochtar Muhammad TEMPO/Aditia Noviansyah
Walikota Bekasi, Mochtar Muhammad TEMPO/Aditia Noviansyah
Iklan

TEMPO Interaktif, Bekasi - Mayoritas fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bekasi menyatakan laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ) Pemerintah Kota Bekasi yang dipimpin Mochtar Mohamad periode 2010 lalu, disclaimer.

Penilaian kurang baik itu datang dari Fraksi Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Fraksi Amanat Persatuan. Ketua Fraksi PKS, Chairoman J. Putro, terang-terangan mengatakan wali kota yang kini menjadi terdakwa kasus korupsi dan ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Kebonwaru, Bandung, itu tidak profesional. "Sehingga kami memberi penilaian disclaimer," kata Chairoman saat jeda rapat paripurna Dewan tentang LKPJ Pemerintah Kota Bekasi 2010 di kantor Dewan, Senin, 23 Mei 2011.

Dalam pandangan Fraksi PKS, laporan yang disampaikan kepada dewan tidak menerangkan detail perbandingan antara target pendapatan dan realisasi pencapaian. "Angkanya pun tidak disampaikan sehingga kami tidak bisa mengukur kinerja wali kota," katanya.

Menurut Chairoman, LKPJ hanya menyampaikan laporan kinerja masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Fraksi PKS menilai LKPJ tersebut lemah karena tidak mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah. "Setelah kami selidiki, yang menyusun ternyata eselon empat bukan kepala dinas," kata dia.

Pandangan senada disampaikan juru bicara Fraksi Demokrat, Dadang Asgar. "Ke depan kami minta wali kota lebih profesional," ujarnya.

Dalam catatannya, Fraksi Demokrat banyak mengkritik masalah lingkungan, di antaranya pengolahan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang dan TPA Sumur Batu yang menelan dana Rp 190 miliar setiap tahunnya, dianggap tidak optimal. "Polusi dari bau sampah masih tercium hingga radius 8 kilometer," kata Dadang.

Selain itu, partikel debu dari industri yang menggunakan bahan bakar batubara masih mencemari udara di Kota Bekasi. Begitu pula bau gas kimia, suara pabrik melebihi ambang batas mengganggu kesehatan dan merusak pendengaran warga. "Semestinya partikel-partikel yang dibuang industri bisa disaring," katanya.

Masalah pembangunan sumur resapan dengan total anggaran Rp 315 juta juga tidak jelas juntrungannya. Kemudian penggunaan dana Dinas Binamarga dan Tata Air sebesar Rp 131 miliar tidak optimal.

Nyatanya, kata Dadang, pembangunan tanggul di Jatiasih yang menggunakan Bantuan Provinsi Rp 2,3 miliar tidak optimal, saluran Pekayon dengan anggaran Rp 374 juta lebih juga buruk. "Fisik bangunan seperti jalan cepat rusak, kami mensinyalir banyak pelanggaran dalam pembangunan fisik itu," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Juru bicara Fraksi Amanat Persatuan (PAN, PPP), Jamaludin, yang membacakan pandangan fraksinya mengkritik lemahnya perlindungan warga miskin dan minimnya penyediaan lapangan kerja. "Masalah kesehatan dan pendidikan gratis harus dikaji ulang supaya tepat sasaran," ujarnya.

Adapun Fraksi Partai Golkar meminta pembangunan fisik ke depan lebih dioptimalkan. "Kami mendorong kinerja lebih ditingkatkan ke depannya," kata Ketua Fraksi Golkar Muhamad Yakum.

Fraksi PDI Perjuangan membela Mochtar Mohamad, yang juga kadernya. Dalam pandangan resmi FPDI Perjuangan, yang dibacakan juru bicaranya Eni Widiastuti, menyatakan fraksinya dapat memahami kinerja pemerintah yang tidak optimal.

"Kami sangat memahami, terutama berkaitan dengan pemberhentian sementara Wali Kota Mochtar Mohamad," tuturnya.

Fraksi PDI Perjuangan meminta Pejabat Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Rahmat Effendi tetap menjalankan kinerja pemerintahan yang telah diagendakan.

Dari banyaknya catatan buruk itu, fraksi-fraksi memberikan beberapa rekomendasi, di antaranya meminta pemerintah daerah menyusun anggaran dan agenda kerja tepat waktu sehingga tidak molor seperti tahun ini.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bekasi 2011 senilai Rp 1,9 triliun baru cair Mei 2011 ini karena pemerintah telat mengajukan Rancangan APBD. "Ke depan, APBD jangan sampai molor lagi," ujarnya.

HAMLUDDIN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


RAPBD DKI 2024 Diusulkan Rp 81,58 Triliun, Heru Budi Sampaikan Peruntukannya

6 Oktober 2023

Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyampaikan pidato tentang Raperda APBD Perubahan 2023 di gedung DPRD DKI, Senin, 11 September 2023. TEMPO/Nur Khasanah
RAPBD DKI 2024 Diusulkan Rp 81,58 Triliun, Heru Budi Sampaikan Peruntukannya

Pemprov DKI mengusulkan Rancangan APBD 2024 senilai Rp 81,58 Triliun. Ini peruntukannya menurut Pj Gubernur Heru Budi.


Ini Arah Pembangunan Surabaya di 2023

16 Januari 2023

Ini Arah Pembangunan Surabaya di 2023

Pemkot Surabaya akan memanfaatkan APBD tahun ini sebesar Rp 11,36 triliun.


Kemendagri Sosialisasi APBD untuk Pendidikan Agama

18 Agustus 2022

Kemendagri Sosialisasi APBD untuk Pendidikan Agama

Jaminan pemerintah daerah dapat menganggarkan dana untuk bidang pendidikan agama tertuang dalam UU 23/2014.


Kemenkeu Buka Sebab Belanja Pemerintah Daerah Lambat: Karena Business As Usual

15 Desember 2021

Gedung Kementerian Keuangan atau Kemenkeu. Dok TEMPO
Kemenkeu Buka Sebab Belanja Pemerintah Daerah Lambat: Karena Business As Usual

Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Astera Primanto Bhakti membuka penyebab lambatnya penyerapan belanja daerah.


Realisasi Belanja APBD Hanya 59 Persen, Ini Permintaan Sri Mulyani ke Pemda

23 November 2021

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 10 Juni 2021. Rapat tersebut membahas pagu indikatif Kementerian Keuangan dalam RAPBN 2022. TEMPO/M Taufan Rengganis
Realisasi Belanja APBD Hanya 59 Persen, Ini Permintaan Sri Mulyani ke Pemda

Sri Mulyani menuturkan realisasi belanja daerah tersebut hanya naik 3,51 persen (yoy) dibanding periode sama tahun lalu


Kabupaten Dharmasraya, Pemda Pertama di Sumbar yang Tetapkan APBD 2022

9 November 2021

Penandatanganan berita acara oleh Bupati Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan dan unsur Pimpinan DPRD Dharmasraya, usai Rapat Paripurna yang digelar di Ruang Rapat Utama Sekretariat DPRD, Senin (8/11/21).
Kabupaten Dharmasraya, Pemda Pertama di Sumbar yang Tetapkan APBD 2022

Penyusunan APBD tahun 2022 masih diarahkan untuk penanganan Covid-19 yang berkaitan dengan penanganan kesehatan, penanganan ekonomi dan penyediaan jaringan pengaman sosial.


PSI Minta Fraksinya di DPRD DKI Tolak Rancangan Kenaikan Pendapatan Legislator

30 November 2020

Ilustrasi gedung DPRD DKI Jakarta. TEMPO/Subekti
PSI Minta Fraksinya di DPRD DKI Tolak Rancangan Kenaikan Pendapatan Legislator

PSI menyatakan tak pantas jika anggota DPRD DKI naik pendapatannya di tengah pandemi Covid-19.


Inspektorat Jabar Periksa Bantuan Anggaran Kota Bogor, Hasilnya?

6 Februari 2020

raihan prestasi Bima Arya bersama jajaran Pemkot Bogor dalam melayani wargaKota Bogor mulai dari pencegahan macet di kawasan Kebon Raya Bogor,
Inspektorat Jabar Periksa Bantuan Anggaran Kota Bogor, Hasilnya?

Inspektorat Jawa Barat melakukan pemeriksaan penggunaan bantuan anggaran dari Provinsi Jawa Barat kepada Pemerintah Kota Bogor pada APBD kota itu.


Alokasikan Belanja Daerah, Sri Mulyani Minta Pemda Tiru Jokowi

14 November 2019

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati didampingi Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara (kiri) menyapa para anggota DPR sebelum mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 4 November 2019. TEMPO/Tony Hartawan
Alokasikan Belanja Daerah, Sri Mulyani Minta Pemda Tiru Jokowi

Sri Mulyani meminta pemerintah daerah meniru langkah Presiden Jokowi saat masih menjadi kepala daerah.


Serapan APBD Baru 54 Persen, Anies Baswedan Ungkap Penyebabnya

12 November 2018

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat meninjau proyek pembangunan rumah DP nol rupiah Samawa di kawasan Klapa Village, Pondok Kelapa, Jakarta, Jumat, 12 Oktober 2018. Rusunami ini diperuntukkan bagi warga yang ber-KTP DKI Jakarta serta berpenghasilan di bawah Rp 7 juta per bulan. TEMPO/M Taufan Rengganis
Serapan APBD Baru 54 Persen, Anies Baswedan Ungkap Penyebabnya

Anies Baswedan menjelaskan banyak pekerjaan dalam APBD yang dijalankan tapi pembayarannya tidak ditagihkan.