TEMPO Interaktif, Surakarta - Wali Kota Surakarta Joko Widodo menyatakan siap dicalonkan sebagai Gubernur DKI Jakarta. Bekalnya memimpin Kota Surakarta dinilai sudah cukup untuk memimpin kota megapolitan seperti Jakarta. Namanya sempat disebut layak memimpin ibu kota. "Ya, siap!" kata wali kota yang akrab disapa Jokowi ini di rumah dinasnya, Loji Gandrung, Surakarta, Ahad 26 Juni 2011 lalu.
Perbincangan tentang pencalonan Gubernur DKI Jakarta ini bermula dari obrolan usai menerima Kepala Pusat Investasi Pemerintah Kementerian Keuangan, Soritaon Siregar, Ahad malam. Setelah tamu-tamu pulang, wartawan Tempo dan Kompas menyentil Jokowi tentang isu pencalonannya sebagai Gubernur DKI.
Secara diplomatis, Jokowi menyatakan bahwa persoalan Kota Surakarta tidak kalah kompleks dengan Kota Jakarta. Apabila ada orang yang menyatakan bahwa Surakarta tak lebih hanya sebuah kota kecil, tidak ada apa-apanya dengan Jakarta, Jokowi mengatakan bahwa orang itu salah.
Jokowi kemudian menunjukkan sederet contoh betapa sebenarnya kehidupan Kota Surakarta sangat kompleks, terutama dari sisi sosial politik, dan tidaklah adem-ayem seperti bayangan banyak orang. "Kota Surakarta itu sudah pernah dibakar sampai 11 kali, kantor Wali Kota dibakar sampai tiga kali, terakhir sewaktu Ibu Mega kalah tahun 2004," katanya.
Dia kemudian membandingkan dengan Jakarta. "Apa pernah Balai Kota Jakarta sampai dibakar?" katanya bertanya.
Contoh lain bahwa Surakarta adalah kota yang kompleks, Jokowi menunjuk pada kehidupan sosial-politik di kota yang terkenal dengan Pasar Klewernya ini. "Pusatnya fundamentalis Islam itu di sini. Mulai dari JAT, FPI di sini semua, yang megang itu di sini," katanya.
Jokowi mengatakan tidak cuma fundamentalis Islam saja yang berkumpul di Surakarta, tapi juga kaum fundamentalis kiri. "Fundamentalis abangan, nasionalis, sampai yang komunis juga ada di sini," katanya.
Kondisi sosial-masyarakat Kota Surakarta yang mudah disulut itu tidak membuat mental Jokowi sebagai wali kota ciut. "Ya, saya pegang kunci-kuncinya. Terlambat sedikit saja kita merespon, ya sudahlah..." katanya.
Dia mengaku sudah berkali-kali diingatkan petinggi tentara dan badan intelijen tentang kondisi sosial-politik Kota Surakarta. "Kalau Pangdam datang ke sini, saya selalu diingatkan, BIN sudah tahu soal itu," katanya.
Saat disentil, apakah dengan pernyataannya tersebut, itu artinya Jokowi siap untuk maju dan siap membenahi Jakarta? Lagi-lagi dengan diplomatis dia menjawab. "Saya hanya beritahu bahwa Surakarta itu enggak kalah kompleks," katanya.
Respon ini perlu dia sampaikan karena pada salah satu sebuah berita online, para pembaca berita tersebut banyak yang meremehkan Surakarta. "Ah, Surakarta nggak ada apa-apanya, saya baca di situ komentarnya banyak yang bilang seperti itu," katanya.
Tak berhenti di situ, Jokowi masih menunjukkan bukti bahwa Surakarta tidak kalah kompleks dibanding Jakarta dengan tingkat kepadatan penduduk Surakarta yang hanya kalah dibandingkan Jakarta Utara. "Density di sini itu 12.300 per kilometer persegi, hanya kalah sama Jakarta Utara," katanya.
Jadi, siap Pak? Setelah beberapa kali disentil dengan pertanyaan serupa, Jokowi kemudian menjawab, "Ya siaap..." katanya. Sadar dengan apa yang dia ucapkan, buru-buru dia mengatakan "Ah, nanti ini ditulis..." katanya kali ini sambil tertawa.
IQBAL MUHTAROM