TEMPO Interaktif, Jakarta - Pasar Rumput di Jalan Sultan Agung, Manggarai, Jakarta Selatan, pagi ini, Senin, 4 Juli 2011, terlihat lengang. Hingga pukul 8.30 jajaran toko di deretan paling depan masih tutup. Padahal, biasanya toko-toko itu sudah buka pada pukul 7.30. Begitu pula dengan pasar los sayur dan ikan di bagian belakang. Tak banyak warga yang membeli sayur di sana.
Rusmini, 49 tahun, pedagang sayur, mengatakan biasanya sekitar pukul 08.00 sayuran yang dia jual tinggal sisa sedikit. "Ini setengahnya saja belum terjual," ujarnya. Menurut Rusmini, sejak 2 hari terakhir omzetnya menurun drastis. "Biasanya pelanggan saya banyak dari seberang (Menteng Tenggulun). Sekarang pada nggak datang."
Tak hanya Rusmini, beberapa pedagang sayur dan ikan lainnya juga mengeluhkan hal yang sama. Atika, 50 tahun, ibu rumah tangga di RT 02 RW 10 Menteng Tenggulun, saat ditemui dekat rumahnya mengaku takut berbelanja di Pasar Rumput. Sejak kerusuhan kembali terjadi 2 hari lalu, ia memilih membeli sayur dan keperluan sehari-hari melalui pedagang keliling. "Kalau kami ke Pasar Rumput, takut ditimpukin orang sana," ujarnya. Ucapannya itu langsung dibenarkan oleh beberapa ibu-ibu lainnya.
Begitu pula dengan Maria, 52 tahun, warga RT 13 RW 01 Menteng Sukabumi. Meski daerahnya tidak termasuk dalam kelompok yang bentrok, dia memilih cari aman. Biasanya Maria berangkat ke pasar membeli sayur sekitar pukul 5.00. "Sekarang nggak berani. Mending beli sayur di warung saja," ujarnya.
Maria dan Atika berharap pemerintah dan kepolisian mengambil tindakan tegas. Mereka berharap tawuran dan kerusuhan yang marak dalam 3 hari terakhir tak berlanjut. "Semoga pemerintah cepat mengambil tindakan," ujar Atika
Tawuran di Pasar Rumput meletus beberapa kali dalam 3 hari terakhir. Kemarin, Minggu 3 Juli 2011, tawuran sempat terjadi 3 kali. Bahkan bentrokan antarwarga itu berlangsung hingga pukul 22.00.
IRA GUSLINA