TEMPO Interaktif, Jakarta - Hingga Selasa, 5 Juli 2011 pagi, aparat kepolisian masih tampak berjaga di sekitar lokasi tawuran antarwarga di Pasar Rumput, Setiabudi, Jakarta Selatan. Tameng pelindung milik aparat saat terjadi kerusuhan pun tampak berjajar di Pos Polisi Menteng Tenggulun.
"Jumlah personel yang siaga ada 20 orang, tapi ini persuasif saja," kata Kepala Satuan Binmas Polres Metro Jakarta Pusat Ajun Komisaris Besar Sucipto saat ditemui di lokasi.
Sucipto belum tahu pasti sampai kapan penjagaan intensif ini akan dilakukan. "Pokoknya sampai kondusif," ujarnya.
Ketua RW 10, Kelurahan Menteng Tenggulun, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, Alimin, mengatakan bahwa Senin, 4 Juli 2011 malam, diadakan pertemuan antara Kelurahan Menteng Tenggulun dan Pasar Rumput, Kecamatan Menteng, Kecamatan Setiabudi, juga Polsek kedua wilayah. "Hasilnya, untuk sementara kami akan mengamankan wilayah masing-masing dulu dengan dibantu aparat kepolisian," katanya.
Menurutnya, tawuran antarwarga di Pasar Rumput, Setiabudi, Jakarta Selatan, tampaknya sudah menjadi hal biasa bagi warga. "Sudah membudaya, dari tahun 70-an sudah ada," kata Ketua RW 10, Kelurahan Menteng Tenggulun, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, Alimin, Selasa, 5 Juli 2011.
Dia mengatakan tawuran di tempat itu memang tak terus-menerus terjadi. "Kadang tiga tahun, lima tahun adem, tiba-tiba muncul lagi," kata pria yang menjabat sebagai ketua RW sejak zaman Orde Baru ini.
Alimin pun mengaku kehabisan akal mencegah tawuran antara warganya dan warga Pasar Rumput yang terus berulang. Sebab, menurut pria asal Padang ini, akar permasalahan adalah rendahnya tingkat ekonomi masyarakat. "Kalau ada pekerjaan, mereka tak akan tawuran. Orang susah duit itu gampang emosi," ujarnya.
Rendahnya tingkat pendidikan juga menjadi masalah tersendiri. Banyak warganya yang hanya berpendidikan setingkat SD atau SMP. "Jadinya masalah pribadi dibawa-bawa sampai jadi masalah sekampung," kata dia.
Alimin mencontohkan, dalam tawuran yang terjadi beruntun pada Sabtu dini hari, Sabtu malam, dan Ahad sore lalu di Jalan Sultan Agung yang membelah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan itu adalah akibat saling ejek antarpemuda.
PINGIT ARIA