TEMPO Interaktif, Jakarta - Warga Jakarta mengaku tak keberatan bila pengelola bus Kopaja AC S-13 trayek Ragunan-Grogol akan menaikkan tarif. Bus yang beroperasi sejak 8 Agustus 2011 itu kini masih bertarif Rp 2.000 per penumpang. "Wajar saja, toh Kopajanya pakai AC dan penumpangnya tidak banyak," kata Arsyad yang menumpang Kopaja S-13 dari Slipi, Jakarta Barat, ke kantornya di bilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Kamis, 11 Agustus 2011.
Hal senada dikatakan Dewi Ayuningtyas, warga Gandaria, Jakarta Selatan. Bahkan Dewi mengaku kaget saat kondektur menarik ongkos Rp 2.000. "Saya sudah sediakan uang Rp 10 ribu karena saya kira tarifnya sekitar Rp 6.000, seperti Patas AC," ujar Dewi.
Menurut Ketua Umum PT Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja), Nanang Basuki, angka yang relevan untuk tarif kopaja AC adalah Rp 6.000 per penumpang. Dengan batas bawah Rp 5.000 dan batas atas Rp 7.000 per orang. "Pengajuan kenaikan tarif sudah disampaikan ke Pemda DKI. Tinggal tunggu pembahasan Pemda dengan Dinas Perhubungan," kata Nanang.
Alasan Nanang mengajukan kenaikan tarif hingga tiga kali lipat itu karena perusahaan harus menutup biaya perawatan Kopaja serta membayar gaji, tunjangan kondektur, dan sopir antara Rp 2,3 juta dan Rp 2,6 juta. Untuk biaya perawatan Kopaja AC sebenarnya tidak jauh beda dengan Kopaja lama, yakni sekitar Rp 1,5 juta per bulan.
Kopaja lama, lanjut dia, memang tidak memerlukan pembiayaan untuk perawatan penyejuk ruangan, tapi karena kondisinya yang sudah tua diperlukan biaya tidak sedikit untuk merawatnya. Sedangkan Kopaja AC diperlukan biaya ekstra untuk menjaga kendaraan tetap nyaman dan penyejuk ruangan berfungsi baik.
"Yang dijual Kopaja AC kan kenyamanannya. Agar AC tetap dingin saja kami harus berkali-kali melapis kaca dengan kaca film," ujar Nanang lagi.
Semua biaya perawatan dan pembayaran sopir serta kondektur itu, kata dia, berasal dari uang yang dibayarkan penumpang. Untuk Kopaja biasa tarif bisa murah karena kondektur ataupun sopir diizinkan menaikkan banyak penumpang, bahkan sampai berdesak-desakan. "Sedangkan jumlah penumpang Kopaja AC dibatasi 35 orang. Untuk menyiasatinya, angka tariflah yang harus dinaikkan," kata Nanang.
Nanang sendiri berharap tarif Kopaja AC yang baru sudah ditetapkan pada awal pekan depan. Selain untuk menutupi biaya perawatan dan gaji sopir serta kenek, dia juga tidak ingin membuat gesekan terlalu lama antara Kopaja AC dan Kopaja biasa. "Yang satu bagus dengan harga murah, satu lagi Kopaja biasa dengan tarif sama. Itu menimbulkan iri di antara sopir dan kondektur," kata dia.
CORNILA DESYANA