TEMPO Interaktif, Jakarta - Rencana peninggian separator di seluruh jalur atau koridor Transjakarta akan segera dilakukan. Satu alasannya adalah keselamatan pengendara lain. "Mulai dikerjakan tahun depan," kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono, Jumat, 7 Oktober 2011.
Pada Rabu malam lalu, kecelakaan kembali terjadi di jalur itu. Seorang ayah tewas dan jemari kaki anaknya harus diamputasi setelah sepeda motor yang mereka tumpangi terjungkal masuk ke jalur busway yang ada di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan.
Kejadian itu menambah panjang daftar yang ada. Badan Layanan Umum Transjakarta mencatat sepanjang 2010, terjadi 430 kasus kecelakaan di jalur bus Transjakarta. Khusus periode Januari-Juli 2011, jumlahnya mencapai 54 kasus.
Menurut Pristono, banyaknya kasus kecelakaan lantaran pengguna sepeda motor nekat masuk ke busway. Bisa juga akibat roda sepeda motor terlalu menempel atau menggerus separator jalur itu. Tapi dia tidak setuju jika bus dan jalur yang disalahkan. "Berdasarkan aturan, seharusnya sepeda motor tidak berada di sisi kanan jalan. Tempatnya sepeda motor itu sebelah kiri," katanya.
Saat perencanaan pembangunan busway pada awal 2000, Pristono menambahkan, separator dibuat setinggi 15 sentimeter seperti sekarang berdasarkan studi di Korea. Namun, menurut dia, model itu terbukti tidak sesuai dengan karakter warga Jakarta yang tingkat disiplin berlalu lintasnya rendah.
Pristono mengatakan berdasarkan hasil studi banding terbaru yang dilakukan timnya dengan bus rapid transit (BRT) di Istanbul, Turki, peninggian separator dapat mempermudah sterilisasi busway. "Karena tinggi, pengguna kendaraan pribadi akan sungkan masuk jalur busway. Kalau tinggi, sulit keluar-masuk menembus separator seperti saat ini," kata dia.
Peninggian separator juga dapat menghentikan kelakuan pejalan kaki yang suka menyeberang tidak pada tempatnya. "Kami pilih yang lebih sesuai dengan karakter masyarakat di sini," kata Pristono.
Untuk peninggian separator busway, Dinas Perhubungan sudah mengajukan anggaran sebesar Rp 80-85 miliar dalam draf Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2012. Angka itu diakui hanya untuk dua-tiga koridor dari total anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp 160 miliar.
Secara terpisah, Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia DKI Jakarta Tri Tjahjono mendukung rencana peninggian separator itu. Dengan separator yang tinggi, jalur Transjakarta akan mudah disterilkan sehingga laju bus lebih stabil.
Tapi Tri tidak setuju jika peninggian untuk mengurangi angka kecelakaan. "Saya tidak sependapat," katanya. Menurut dia, pembatas jalan yang tinggi justru mengganggu pengguna jalan sehingga menambah risiko kecelakaan. "Dari pinggir separator seharusnya ada jarak untuk mengurangi risiko kecelakaan."
Karena itu, Tri menyarankan agar peninggian separator harus dibarengi dengan penambahan marka jalan. Marka itu untuk mengingatkan pengendara agar berhati-hati.
Kepala Badan Layanan Umum Transjakarta Muhammad Akbar sendiri ragu peninggian separator bisa memperbaiki tingkat sterilisasi jalur. Namun dia berharap peninggian bisa mengurangi angka kecelakaan. "Pengguna sepeda motor bisa menghindari separator. Karena kalau pendek, kadang tidak kelihatan," katanya.
AMANDRA MUSTIKA | SUSENO