TEMPO Interaktif, Jakarta - Lima mobil irit bahan bakar milik Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan Institut Teknologi 10 Nopember, Surabaya, tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kelima mobil itu tak diizinkan keluar dari pelabuhan oleh Kantor Pelayanan Bea dan Cukai.
Salah seorang dosen pembimbing dari UGM, Jayan Sentanuhady, mengatakan mobilnya tak bisa dikeluarkan lantaran universitas kebingungan membayar bea sewa kontainer selama dua setengah bulan sebesar Rp 120 juta. Biaya membengkak karena proses perizinan di Bea dan Cukai yang lambat. "Ini mengecewakan," kata dia, Jumat 14 Oktober 2011.
Mahasiswa UGM mengirim dua jenis kendaraan super-irit, yaitu Semar Prototipe dan Semar Urban. Kedua kendaraan itu ikut dalam kejuaraan Shell Eco-Marathon di Malaysia pada 6-9 Juli lalu. UGM menyabet penghargaan inovasi teknik terbaik untuk Semar Prototipe dan juara ketiga untuk Semar Urban.
Mahasiswa ITB mengirim mobil irit Cikal Nusantara dan Rakata dalam lomba yang sama. Mobil Cikal generasi kedua itu meraih peringkat kedua di kelas Urban Concept, sedangkan Rakata membawa pulang Communication Award.
Pengiriman mobil ITB dilakukan oleh perusahaan rekanan milik alumni Teknik Mesin ITB, PT Megantara. ITB sudah membayar Rp 40 juta untuk mengurus pengiriman keluar dan kepulangan kembali ke Indonesia. Manajer proyek Cikal Nusantara, Kurniawan Surya Suminar, mengatakan tertahannya mobil pernah terjadi sebelumnya.
Kekecewaan serupa dialami ITS, Surabaya. Rektor ITS Triyogi Yuwono menyayangkan penahanan tersebut. "Toh, mobil buatan anak-anak kami bukan barang komersial," katanya, kemarin. Mobil Sapu Angin ITS merebut juara pertama.
Triyogi mengatakan pengiriman mobil diurus oleh biro jasa. Saat hendak dibawa pulang ke Surabaya, dicegat oleh petugas Bea dan Cukai. "Kami diminta melengkapi surat pernyataan dari Kementerian Perdagangan bahwa barang itu bukan untuk komersial," ujarnya.
Menurut Triyogi, kejadian serupa selalu terulang setiap mengikuti lomba di luar negeri. Mobil karya mahasiswa selalu kesulitan melewati Bea dan Cukai. "Ini yang ketiga kalinya," ucap dia.
Kepala Kantor Pelayanan Umum Bea dan Cukai Tanjung Priok Iyan Rubiyanto mengakui mobil irit bahan bakar minyak milik ITS dan UGM sempat tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok. "Tapi sekarang sudah selesai, mobil bisa dikeluarkan dari pelabuhan," katanya kemarin.
Adapun mobil milik ITB dan Politeknik Pontianak masih tertahan di pelabuhan karena dokumen ekspor tidak lengkap. "Dokumen ekspor harus diperbaiki," kata dia lagi.
Iyan menduga masalah itu terjadi akibat biro jasa yang tidak mengetahui kelengkapan administrasi. "Ini hanya masalah miskomunikasi, biro jasa yang mengurus tidak mengerti," ujar dia.
l BERNADA RURIT | KUKUH WIBOWO | ANWAR SISWADI | DEWI RINA