TEMPO.CO, Bogor - Ratusan warga Desa Babakan Sentul, Babakan Madang, Kabupaten Bogor, melakukan aksi blokade jalan pada Kamis, 16 Februari 2012. Selain itu massa juga menyindir pemerintah dengan menanami pohon pisang dan menyebar benih ikan lele di ruas jalan yang penuh lubang mirip kubangan kerbau itu.
Mereka melakukan aksi itu lantaran kecewa karena jalan di kawasan tersebut rusak sejak dua tahun lalu, tapi dibiarkan tanpa perbaikan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor. Pengunjuk rasa mengaku sudah bosan menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah daerah setempat. Padahal jalan sepanjang dua kilometer tersebut merupakan sarana vital bagi masyarakat dan jalur utama armada sejumlah pabrik yang ada di daerah setempat.
“Jalan ini cepat rusak karena setiap hari dilewati truk angkutan pabrik. Kondisinya sudah rusak parah, tapi pemerintah belum juga memperbaiki,” kata Kosasih, 38 tahun, salah seorang pengunjuk rasa.
Warga mengaku sudah kesal karena sikap tak peduli pemerintah dalam menanggapi kerusakan jalan tersebut. Buruknya sarana transportasi di daerah ini membuat aktivitas warga terganggu. “Selain itu banyak kecelakaan lalu lintas gara-gara pengendara terperosok lubang jalan,” kata Zainal, 21 tahun, warga lainnya.
Kekecewaan serupa juga dilontarkan warga Perumahan Vila Nusa Indah (VNI) 2 di Desa Bojong Kulur, Gunung Putri, Bogor. Jalan utama di perumahan yang secara geografis berdekatan dengan Kecamatan Jatiasih dan Bantar Gebang Bekasi ini dibiarkan rusak. Padahal status jalan tersebut milik Pemerintah Kabupaten Bogor. “Seharusnya Pemda bertanggung jawab memperbaikinya,” ujar Kessy Christian, warga Vila Nusa Indah 2.
Menurut Kessy, warga sudah sering mengajukan perbaikan jalan melalui Pemerintah Desa Bojong Kulur. Tapi masyarakat hanya diberi janji, yang sampai sekarang tak pernah ditepati. Padahal warga Desa Bojong Kulur mencapai 43 ribu kepala keluarga, yang sebagian besar penduduknya para pendatang dari berbagai perumahan (VNI 1, VNI 2, VNI 3, VNI 5, Bumi Mutiara, Sakura Regency 2, Mahkota Pesona).
“Warga Bojong Kulur merupakan salah satu penyumbang PAD (pendapat asli daerah) terbesar se-wilayah Kabupaten Bogor. Namun sangat ironis dibandingkan dengan kondisi sarana dan prasarana yang kami dapatkan,” ujar Kessy.
Hingga berita ini diturunkan, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor, Budi CW, belum bisa dimintai konfirmasi berkaitan dengan aksi demo warga Sentul dan protes masyarakat Bojong Kulur tersebut. Ia tidak mengangkat telepon saat Tempo menghubungi telepon selulernya. Dia juga tidak membalas pesan pendek yang dikirim Tempo.
ARIHTA U SURBAKTI