TEMPO.CO , Jakarta:Sastrawan Betawi, Chairil Gibran, menyatakan penulis Kisah Bang Maman dari Kalipasir hanya mementingkan uang, tanpa memikirkan faktor lain dari hasil tulisannya. “Ini orang kalap cari makan, jadi tulisannya acak-acakkan,” kata Chairil di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa, 17 April 2012.
Chairil mengatakan penulis tak memikirkan faktor seperti nama baik si penulis sendiri dan tentu saja efek pendidikan bagi siswa. Si penulis dianggap hanya menulis tanpa memikirkan makna isi cerita.
Seorang penulis seharusnya tetap meriset pustaka dan wawancara sebelum membuat karya. Apalagi ia menulis tentang suatu budaya. Chairil menganggap penulis kisah Bang Maman tak melakukan itu. “Ia hanya ngarang-ngarang saja. Malah menulis cerita sinetron Betawi,” kata dia.
Chairil beranggapan Kisah Bang Maman dalam buku pelajaran sekolah mengintimidasi warga Betawi. Alasannya kisah itu ternyata bukan cerita rakyat. Ia berharap buku tersebut segera ditarik agar tak mengelabuhi siswa.
Kisah Bang Maman berawal dari seorang siswa yang menanyakan makna 'istri simpanan' kepada orang tua. Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto mengaku tak akan mengubah kurikulum muatan lokal 'Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta.'
“Saya pikir yang terpenting bukan mengubah kurikulum. Tetapi bagaimana semua stakeholder mengawasi,” kata Taufik ketika dihubungi Tempo, Sabtu, 14 April 2012. “Penerbit juga harus mengawasi. Mereka harus bertanggung jawab terhadap isi buku sekolah. Seharusnya ada editor materi dalam buku.”
MITRA TARIGAN
Berita Terkait
Kisah Bang Maman di Buku Sekolah Tak Relevan
Sejarawan: Kisah Bang Maman Bunuh Karakter Betawi
Orang Tua Cemas Efek Istilah ‘Istri Simpanan’ di Kisah Bang Maman
Guru Beralasan Kisah Bang Maman Itu Cerita Rakyat
Sekolah di Tangerang Akan Terima Buku Profil Presiden