TEMPO.CO , Jakarta:-Aksi kekerasan bermotif geng motor oleh sejumlah besar pengendara sepeda motor yang diduga anggota TNI dilatari kekecewaan terhadap kepolisian. Mereka menilai penanganan kasus pengeroyokan Kelasi Satu Arifin Siri sangat lambat.
“Tujuan kami memang ingin menunjukkan pada polisi, kalau kalian tidak bergerak, kami bisa bergerak sendiri,” kata seorang anggota geng motor tersebut kepada Tempo, Jumat 20 April 2012 malam.
Geng puta kuning dibentuk sebagai sebuah operasi abu-abu setelah semakin kuat informasi bahwa polisi berusaha melindungi seseorang yang terlibat dalam geng motor YGEN. Kelompok ini dituding mengakibatkan kematian Arifin. “Tetapi, kalau polisi hanya melindungi dia, tentu yang lain akan ‘nyanyi’. Jadi semua dilindungi.”
Anggota TNI Angkatan Laut itu mengungkapkan, aksi dilakukan bersama setidaknya 70 rekannya sesama anggota TNI AL. Sepanjang aksi pada 7, 8, dan 13 April tersebut, dia berada dalam kelompok kedua. ”Di belakang. Sweeper.”
Aksi balas dendam itu mengakibatkan dua orang tewas dan belasan orang lainnya luka-luka. Namun dia membantah tuduhan sejak awal memang ingin membunuh. Anggi Darmawan, 19 tahun, korban tewas di Jalan Pramuka dalam aksi 13 April, disebutkannya mengeluarkan pisau. Korban tewas lainnya adalah Ismail Soleh, 17 tahun, yang disergap di sebuah SPBU di kawasan Sunter, Jakarta Utara, pada 7 April lalu.
“Awalnya kami hanya berencana menciduk, yah, dipukuli sih pasti, tapi setelah itu akan kami serahkan ke polisi,” kata dia.
ANGGRITA | ADITYA | WURAGIL
Berita terkait
James Bon Pemburu Geng Motor
Alasan Pengendara Yaris Putih Tembak Geng Motor
Geng Motor Tak Berencana Membunuh Lawannya
Dikeroyok, Arifin Diteriaki 'Ambon Bawa Sangkur'
Pemeriksaan Kodam Jaya Jadi Kunci Kasus Geng Motor