TEMPO.CO, Jakarta - Pada 2014 nanti, Indonesia bakal memiliki museum kebudayaan Tionghoa terbesar. Pasalnya, saat ini di Taman Mini Indonesia Indah tengah dibangun Museum Hakka dan Pagoda Taman Budaya Tionghoa.
Perhimpunan Hakka Indonesia Sejahtera menjadi penggagas pembangunannya. Ketua Panitia Pembangunan Museum Hakka, Iwan Mahatirta, mengatakan pada 2004 mantan Presiden Soeharto mengalokasikan tanah seluas 45 ribu meter persegi di TMII bagi masyarakat Tionghoa Indonesia untuk membangun taman budaya Tionghoa.
"Kami mendapat tanah dari Yayasan Harapan Kita di bawah Ibu Tutut (Siti Hardianti Rukmana)," kata Iwan menjelang peletakan batu pertama pembangunan museum, Senin, 6 Agustus 2012.
Sebenarnya, pembangunan area taman secara keseluruhan sudah dicicil sejak 8 November 2006. Namun, khusus museum, baru dilakukan peletakan batu pertama karena terbentur biaya. Kendati demikian, Iwan enggan menyebut biaya pembangunan museum.
Ia juga membantah acara peletakan batu pertama museum ini sengaja dibuat berdekatan dengan pemilukada. Menurut dia, sekarang adalah hari yang tepat untuk memulai peletakan batu pertama. "Tidak ada hubungannya," Iwan berkilah.
Di kawasan museum dan taman ini nantinya akan terdapat berbagai bangunan lain, seperti gapura, gedung utama ala istana Tiongkok, pagoda, danau buatan, jembatan, dan pendopo. Rencananya, akan dibangun pula tempat rekreasi anak dan restoran.
Khusus museum, luas tanahnya mencapai 5.000 meter persegi. Museum akan terdiri dari tiga lantai. "Tiap lantai luasnya 1.500 meter persegi," kata Iwan.
Gedung museum dibuat seperti bangunan tradisional Hakka, berbentuk lingkaran dengan diameter 45 meter. Lantai satu untuk ruang pertemuan dengan kapasitas 1.000 orang. Lantai dua dan tiga untuk museum yang memajang foto, lukisan, patung, dan benda-benda antik Tionghoa.
Barang-barang yang dipajang secara khusus merupakan peninggalan etnis Hakka dan umumnya dari etnis Tionghoa. "Semuanya menceritakan perjalanan orang Hakka dari Tiongkok ke Nusantara."
Suku Hakka merupakan suku mayoritas Tionghoa di Indonesia. Dari 20 juta warga Tionghoa, 40 persen atau 8 juta di antaranya adalah suku Hakka. Mereka tersebar di Aceh, Medan, Bangka, Belitung, Kalimantan Barat, Jakarta, Bandung, serta kota-kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Beberapa ratus tahun lalu nenek moyang suku Hakka terpaksa meninggalkan kampung halamannya. Mereka merantau dari Guangdong atau Fujian, Tiongkok, ke Indonesia. Sebabnya, bencana alam atau peperangan di negara asal. Di wilayah tujuan, mereka menjadi kuli tambang, buruh perkebunan, petani, atau pedagang kecil.
Ketua Perhimpunan Hakka Indonesia Sejahtera, Sugeng Prananto, berharap museum ini dapat memberi gambaran dan inspirasi kepada generasi tentang perjalanan bangsa Tionghoa. "Masyarakat Tionghoa dengan kekurangan dan kelebihannya dapat terintegrasi di Nusantara. Bahkan, ikut Sumpah Pemuda hingga memberi sumbangsih dalam perekonomian," ucap dia.
ATMI PERTIWI
Berita terpopuler lainnya:
Kopassus Penyelamat Korban Perkosaan Naik Pangkat
Coba Merampok Guru di Angkot, 2 Lelaki Diringkus
Waspada Perampok Berkedok Pengamen
3 Dugaan Motif Penembakan Halte Transjakarta
Pergoki Pencuri, Suryadi Ditembak
Polisi Temukan Logam Gotri di Halte Transjakarta
Kencing Sembarangan, Tayudin Ditusuk hingga Tewas
Darurat, Cadangan Darah PMI Hanya untuk Dua Hari
Polisi Minta Pengelola Transjakarta Pasang CCTV