TEMPO.CO, Jakarta -- Sudah sejak pukul 07.15, Max Rudolf duduk di ruang tunggu Laboratorium Patologi Klinis Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia (RS UKI). Padahal, laboratorium baru buka pukul 08.00. Dia sengaja datang lebih awal agar bisa segera dilayani dan cepat mendapatkan hasil pemeriksaan atas urin dan darahnya.
Setelah pukul 08.00, ternyata laboratorium belum juga buka. Pria berusia 60 tahun itu sempat gelisah. Menjelang pukul 13.00, barulah petugas laboratorium mengambil sampel urin dan darah Max. Belakangan dia baru tahu pelayanan tertunda karena karyawan rumah sakit sedang menggelar unjuk rasa. "Saya jadi terganggu," katanya, Rabu, 12 September 2012.
Yohanes Aprianto, koordinator laboratorium, mengakui hari ini dia memang kekurangan tenaga labaoratorium. Dalam sehari, biasanya ada lima orang yang bekerja sebagai pemeriksa dan dua orang tenaga administrasi. Hari ini dia hanya bertugas sendirian. Karena itu, pelayanan menjadi lambat dan dia harus menghadapi protes dari pasien.
Kondisi yang sama terlihat di bagian radiologi. Dari lima petugas di sana, hanya ada dua orang yang bekerja. "Harusnya kami enggak terima pelayanan, tapi kasihan pasien sudah ada yang menunggu," kata Suparmi, petugas di bagian radiologi.
Sebanyak 275 karyawan dan perawat RS UKI yang tergabung dalam Serikat Pekerja RS UKI (Separasi), hari ini menggelar unjuk rasa. Mereka menuntut perbaikan kesejahteraan dan reformasi kepemimpinan di rumah sakit. Rencananya, unjuk rasa digelar tiga hari. Tom Saferlumbantoruan, koordinator aksi, menjamin pelayanan RS tetap berjalan. Sebab, hanya setengah dari total karyawan yang berunjuk rasa. "Pelayanan tetap dibuka, tapi kalau pasien terganggu dengan aksi ini, kami mohon maaf," kata Tom.
ATMI PERTIWI
Berita lain:
Berobat, Dahlan Iskan Tertahan di Singapura
Inilah Daftar 10 Universitas Terbaik di Dunia 2012
Kepergok Plesiran di Denmark, Anggota DPR ''Ngeles''
Afridi Dipaksa Makan Bak Anjing di Penjara
Negara Ini Menolak untuk Jualan Coca-Cola