TEMPO.CO, Jakarta - Subhan, warga Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, merasa bangga Selasa, 23 Oktober 2012, sore itu. Alasannya, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, yang dipilihnya saat Pemilihan Umum Kepala Daerah Jakarta beberapa waktu lalu sowan ke wilayahnya. Untuk memperlihatkan kebanggannya itu, dia menggunakan baju kampanye khas Jokowi, yakni kotak-kotak dengan corak biru dan merah. "Saya dapat baju ini gratis," kata Subhan bangga.
Tukang servis berusia 42 tahun itu terus menyaksikan Gubernur Jokowi melakukan inspeksi di kampungnya. Saat itu, Jokowi melihat Kali Ciliwung yang menyebabkan Kampung Melayu kebanjiran. "Ini sesuai dengan janjinya, mau lihat kampung-kampung di Jakarta. Saya senang," kata dia.
Tidak hanya Subhan yang masih menggunakan atribut kampanye Jokowi. Pada pekan lalu, sejumlah warga yang menggunakan baju dengan corak yang sama pun masih mengikuti ke mana saja Jokowi pergi. Bahkan, mereka ikut serta mengawal Jokowi. Seorang pendukungnya malah mengatur pergerakan wartawan yang mengerubungi Jokowi tempo lalu. "Cukup, cukup. Wawancaranya cukup," kata si pendukung. Padahal, Jokowi masih bersedia untuk diwawancara.
Pendukung dengan baju kotak-kotak itu juga kadang menggiring massa yang mengerubuti Jokowi dengan berteriak "Hidup Jokowi." Kemudian, massa yang kebanyakan ibu-ibu dan anak kecil pun langsung menjawab "Hidup Jokowi!" dengan lantang.
Melihat kondisi itu, Koordinator Sekretariat Bersama Tim Jokowi-Basuki, Kris Budihardjo, menilai wajar. Dia memiliki 60 ribu anggota yang mendukung Jokowi-Basuki saat Pemilu Kepala Daerah Jakarta beberapa waktu lalu. Dia yakin, pendukung itu akan terus mengikuti Jokowi.
"Kalau orang Jawa bilang rumokso handarbeni, rasa memiliki akan Jokowi sangat tinggi. Saya yakin mereka tidak akan lepas dalam beberapa bulan ke depan," ujarnya.
Dia mengakui, para pendukung Jokowi-Basuki akan saling berkoordinasi. Apalagi jika Jokowi sedang melakukan peninjauan seperti yang dilakukan Selasa ini. Mereka, katanya, akan melindungi Jokowi ke manapun mantan Wali Kota Surakarta itu pergi. "Kasarnya, ada yang ganggu Jokowi, ya gue sikat," kata Budi.
Kecintaan yang berlebihan ini, kata dia, harus disalurkan dengan melakukan sejumlah kegiatan. Untuk itu, dia melaksanakan Kirab Budaya Rakyat yang dilaksanakan pada 28 Oktober mendatang. Selain untuk merayakan Sumpah Pemuda, acara itu juga diklaim untuk mengumpulkan para pendukung Jokowi-Basuki di satu wadah.
Tempo lalu juga pihaknya sempat meresmikan koperasi relawan guru swasta. "Anggotanya bisa mencapai 2 ribu orang," ujarnya.
Jokowi sendiri tidak dapat membendung kecintaan pendukungnya saat dia turun ke lapangan. Dia mengakui tidak pernah mengundang para pendukungnya untuk datang bersamanya di setiap kunjungan ke sejumlah wilayah.
"Ya mau gimana lagi. Mereka ngerti saya mau ke sana, masa saya larang. Nggak pernah merasa mengundang kok," kata Jokowi.
SUTJI DECILYA