TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar seribu buruh berunjuk rasa di depan Markas Polda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Rabu siang, 16 Januari 2013. Mereka mulai memadati jalan di depan gerbang Mapolda sejak pukul 11.00.
Pengunjuk rasa menuntut Kepala Polda Metro Jaya bersikap tegas kepada Kepala Polresta Bekasi dalam memberantas preman yang menganiaya buruh. Nurdin, koordinator aksi, berorasi, pihak pengusaha di kawasan industri kerap menyewa preman untuk menekan buruh (union-busting). "Kerajaan Samsung berani bayar miliaran rupiah demi berangus aksi buruh," ujar dia.
Nurdin mengatakan, tekanan terhadap buruh itu terjadi di seluruh kawasan industri, seperti Cikarang, Bekasi; Pulo Gadung, Jakarta Timur; dan Tangerang. Kepada Kapolda Metro, para buruh meminta Kapolresta Bekasi dicopot dari jabatannya jika tidak bisa bertindak tegas. "Preman bergentayangan. Kami ngadu ke siapa lagi kalau bukan Kapolda. Kami rindu polisi yang berani!"
Heri Ardianto, salah seorang buruh yang berdemonstrasi, bercerita, preman sering terlibat dalam pembubaran paksa aksi demonstrasi mereka di depan pabrik. "Jaket teman kami dirampas dan dibakar oleh preman. Itu dibiarkan oleh polisi," kata buruh PT TMK, Cikarang, produsen plastik.
Padahal, menurut dia, saat itu ada Kapolresta Bekasi di sekitar lokasi kejadian. "Kami sudah ngomong ke Kapolresta, tapi tidak ada respons," kata dia. Dia menambahkan, penyewaan preman kini menjadi hal biasa di kalangan pengusaha. "Malah jadi tren penyewaan preman. Ada demo, ada preman."
Akibat demonstrasi, ruas Jalan Sudirman menuju SCBD ditutup. Hanya jalur bus Transjakarta dibiarkan terbuka. Sedangkan Jalan Sudirman arah sebaliknya, ke Bundaran HI, masih lancar.
Hingga berita ini ditulis, demonstrasi masih berlangsung. Ratusan polisi masih berjaga di Mapolda. Setelah dari Mapolda, para buruh akan melanjutkan perjalanan ke Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Kementerian BUMN.
ATMI PERTIWI